36. Ohayo

1K 110 16
                                    

Selama yang bisa diingatnya, Ambrosio tidak pernah bangun tidur dengan dada terasa berat dan panas menjalar. Rasa panas sesaat berubah menjadi hangat yang menyebar hingga ke punggung dan perutnya. Begitu membuka mata, ia mendapati Tetsuya berbaring di dadanya dengan pantat menghadap wajahnya. "Nē, Tetsuya, anata wa jibun o nurashite iru!" Ya ampun, Tetsuya, kamu ngompol! cetus Ambrosio sambil bangun. Yukatanya basah oleh ompol anak itu.

Ia mendorong tubuh Tetsuya hingga terbaring di futon, di atas selimut ibunya. Anak itu menggeliat malas lalu merengek kesal, bergulung-gulung dengan mata masih terpejam. "Huaaaa, huhuhu ....."

Ambrosio menahan tubuh anaknya. "Jangan banyak gerak, nanti pipismu menyebar ke mana-mana!" tegurnya. Anak itu malah berontak dan menangis sejadi-jadinya. "Ya ampun, Tetsuya, kenapa lagi kamu hari ini?"

Ambrosio segera bangkit dari futon dan membuka pintu kamar. Ia memanggil pelayan dari ambang pintu. "U~eitā-san!" panggilnya nyaring. Tak terlihat seorang pun di koridor. Ia memanggil pelayan berkali-kali, lalu kembali ke dalam kamar untuk menenangkan anaknya. Ia berdiri berkacak pinggang di depan Tetsuya. "Tetsuya, kenapa kau tidak bangun dan pipis di WC? Kasur ini bakalan bau pesing! Aduuh, kalau begini harus dicuci dan ganti baru," omelnya. Ia menarik atasan yukatanya yang mulai berbau pesing dan menahan napas.

Tetsuya tetap saja menangis, duduk dengan menyepak-nyepak selimut di kakinya. "U~eitā-san!" teriak Ambrosio lagi dari dalam kamar. Seorang pelayan wanita tergopoh mendatanginya. "Hai, Marco-sama!" Ambrosio menunjuk Tetsuya. "Ini ... bereskan anak ini dan ompolnya." Pelayan itu segera mengerjakan perintah tuannya sementara Ambrosio ke kamar mandi untuk membersihkan diri. "Ada-ada saja!" gerutunya.

Kotaro yang sedang berjalan pagi di taman mendengar kegaduhan suara Amano dan tangis anak-anak, bertanya pada pelayan pribadinya. "Ribut-ribut kenapa itu?" Kioshi melongok ke koridor kamar Amano lalu segera kembali ke sisi Kotaro. "Tetsuya-kun sepertinya mengompol, Tuan," lapornya.

Kotaro mangut-mangut lalu lanjut menikmati jalan paginya. Seringai tipis terbentuk di wajahnya. Ia tahu Sisilia tidak pulang karena sibuk di Azteca Lab. Wanita itu memang selalu mengutamakan pekerjaan dan mengabaikan anak serta suami. Ia harap dengan kejadian ini Amano menyadari bahwa yang dibutuhkannya adalah istri yang berbakti pada suami dan keluarga. Istri yang pandai mengurus segala perihal urusan anak dan rumah tangga. Bukan wanita egois yang tahu mengejar materi saja.

Satu hal lagi yang membuatnya gembira. Sisilia memilih tidur di lab pastinya karena bertengkar dengan suaminya. Pantas saja Amano pulang larut. Rupanya ia minum di bar dan ditemani banyak wanita. Kejadian di Bar Queen itu tersebar di berita online. Bahkan ada rekaman video para wanita berkelahi memperebutkan Amano. Akhirnya anaknya menunjukkan prilaku seperti pria kaya kebanyakan. Minum-minum dan main perempuan. Kotaro merasa bangga luar biasa.

*
*
*

Sisilia bangun dalam keadaan tertelungkup di depan laptop. Wajah setengah sadar dengan hidung mengkilap dan liur kering di pipi menyeruak dari gundukan rambut panjang yang acak-acakan. Dia menegakkan tubuh dan menggeliat puas dengan merentangkan kedua tangan ke udara serta menguap lebar. Matanya melirik malas pada layar laptop yang menampilkan jam dan tanggal.

Baru jam 7 pagi dan hari minggu. Para karyawan lab libur di hari minggu. Sisilia bakal sendirian di lab. Baru sejam yang lalu dia tertidur dan mesti bangun lagi untuk melanjutkan pekerjaannya. Begitu dia mulai fokus, berbagai rumus senyawa kimia dan macam-macam reaksi melintas dalam kepalanya bagaikan kendaraan di jalan tol. Begitu banyak dan secepatnya harus dituangkan dalam tabung reaksi.

Dia menggosok wajah dengan punggung tangan, lalu menyisir rambut ke atas dengan jemari, memutar rambutnya hingga terbentuk sanggul kecil di puncak kepala. Sisilia menekan tombol radio komunikasi di meja dan menyapa para petugas keamanan di ruang kendali. Dia bisa melihat mereka dari layar laptopnya. "Ohayo, Anchisukiru-san!" Selamat pagi, Petugas keamanan.

Play In Deception 2: Camouflage (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang