35. One Shot, Two Shots (2)

1.1K 119 16
                                    

Yeri, Haeun dan Chaerim mengiringi Ambrosio turun ke lantai bar mereka. Chaerim secara sopan menawarinya minuman. Dia bersedia meracik minuman khusus untuk Ambrosio. Namun Ambrosio menolaknya dengan sopan. "Aku sedang tidak dalam mood untuk minum," ujarnya. Dalam angannya ia akan mengajak Sisilia minum jika penelitiannya selesai sehingga mereka bisa mabuk dan tidur bersama setelahnya. Ia ingin melihat aksi istrinya jika dalam pengaruh minuman keras. Istrinya itu bisa jadi wanita baik-baik sekaligus wanita jalang jika ia menginginkannya.

Ketiga wanita itu saling pandang. Mungkin rumor itu benar, Marco-sama sangat menjaga istrinya sehingga menghindari kontak dengan wanita lain. Chaerim buru-buru meralat sikapnya. Dia membungkukkan badan di depan Ambrosio. "Sumimasen, Marco-sama, kami hanya ingin beramah-tamah mumpung Anda ada di sini."

"Tidak perlu. Jangan merepotkan diri kalian. Aku ingin segera pergi dari sini."

Ambrosio melihat bunga azalea di kepala Chaerim saat wanita itu membungkuk. Wanita itu menegakkan tubuhnya dan secara sadar Ambrosio menyentuh bunga itu untuk memeriksa keasliannya. Uluran tangan Ambrosio membuat Chaerim salah tingkah. Tubuhnya panas dingin sehingga pipinya bersemu.

Memang bunga asli ternyata. Ambrosio melepaskan bunga itu.

"Oh, iya, aku dengar istri Anda mendalami toksikologi dan sedang mengadakan penelitian di Jepang. Aku ingin membantu jika diperbolehkan," ucap Chaerim.

Ambrosio merapatkan mantelnya dan mengibaskan tangannya di depan wajah para wanita itu. "Tidak, istriku tidak suka pekerjaannya diganggu orang lain. Dia akan bilang padaku jika ada yang dibutuhkannya." Yah, seperti bercinta sejenak untuk menenangkan saraf-sarafnya yang tegang ... Ambrosio suka sekali ide itu.

"Apa-apaan ini? Kamu merayu Marco-kun-ku? Kurang ajar!" Tiba-tiba, suara yang memekakkan telinga bak piring-gelas pecah itu membuat suasan bar yang tenang menjadi gaduh. Reina Yamaguchi menyeruak dari keredupan cahaya dalam bar, mendorong Chaerim hingga tersandar pada saudari-saudarinya. Reina mengenakan pakaian minim seperti kebiasannya. Dua laki-laki piarannya tidak terlihat. Mungkin mereka sudah kabur dan kembali ke negaranya.

"Kalian ini para jalang tak tahu malu!" omel Reina pada 3Queen. "Sudah diberi kesempatan hidup di sini, kalian sekarang mau menguasai semuanya! Dasar licik!" Reina beralih pada Ambrosio dan wajah garangnya langsung berubah memelas. "Marco-kun, apa kau tahu bunga beracun itu disebarkan oleh mereka? Mereka ini dalangnya. Sejak awal aku sudah yakin mereka pelakunya. Aku mengintai mereka terus menerus dan lihat ini," Reina mengeluarkan sejumlah foto dari belahan dadanya--Ambrosio tentu saja tidak sudi untuk menyentuh barang itu--"beberapa penjahat kelas kakap sering datang ke tempat ini. Jalang-jalang ini bekerja sama dengan mereka. Ini buktinya, Marco-kun. Mereka pantas dihukum dan diusir dari sini!"

Yeri berusaha merebut foto-foto itu dari tangan Reina. "Mereka pelanggan di sini, idiot! Penjahat pun perlu bersantai-santai sejenak!"

"Bohong! Bilang saja kau merayu mereka agar berpihak pada gengmu dan ikut memberontak melawan Marco-kun!"

Keduanya saling dorong. Melihat Reina beringas dan hampir memojokkan Yeri, dua saudarinya turut serta dalam aksi itu. Para wanita itu bergumul, saling jambak dan tampar, menjadi bahan tontonan para pengunjung. Sementara Ambrosio menyaksikannya tanpa ekspresi. Foto-foto yang dibawa Reina berhamburan di lantai. "Seharusnya aku pergi dari tempat ini semenit yang lalu supaya aku tidak perlu menyaksikan insiden macam ayam betina berebut umpan. Merusak reputasiku," gumamnya. Ambrosio berlalu dari tempat itu diiringi ajudannya.

Beranjak dari Bar Queen, Ambrosio menyempatkan singgah di Azteca Lab untuk mengontrol kondisi di sana dan melihat Sisilia sibuk di ruang pemeriksaan melalui kamera keamanan. Selanjutnya ia ke apartemennya untuk minum-minum dengan Hiro, sekalian mendengarkan informasi yang diperoleh Hiro.

Ternyata bunga ranunculus yang digunakan untuk meracuni tetua klan memang berbeda dengan yang biasa dipesan Han Florist. Bunga itu dibawa sendiri oleh Kaito dan dari kotak yang digunakan tidak ada nama pengirim maupun kebun penanam bunga itu. Jejak pengirimannya pun tidak ditemukan. Kemungkinan bunga itu ditanam oleh seseorang di kawasan Kota T dan sekitarnya. Siapa yang mungkin membiakkan tanaman beracun di kebunnya? Mungkin seorang botanist? Atau toksikoligist seperti Sisilia? Atau seorang sakit jiwa yang haus perhatian.

"Mungkinkah Shira adalah Kaiya?" celetuk Hiro. Ambrosio diam saja sambil menyesap sakenya. "Kita dulu pernah bertanding dengan Kaiya, ilmu pedangnya lebih hebat darimu. Dia berhasil mengalahkanmu setelah 3 pertandingan. Apa benar dia sehebat itu? Waktu itu kupikir kau sengaja mengalah karena kau naksir Kaiya."

Ambrosio melirik dari balik cangkirnya. "Jangan bicara omong kosong, Hiro. Jurus pedang Kaiya memang hebat, tetapi aku kalah karena dia menggunakan jutsu penyerap jiwanya."

Hiro tercenung mendengar hal itu. Ambrosio meletakkan cangkirnya lalu menerawang ke masa lalu, 10 tahun yang lalu, terakhir kali ia bertemu Kaiya. "Kaiya belum mahir menggunakan jutsu itu, tetapi dia mempelajarinya. Saat pedang kami beradu dan sama-sama bertahan, Kaiya hampir goyah. Saat itu dia mengeluarkan justu melalui tatapan matanya. Energiku seperti tersedot keluar dari tubuhku, masuk ke dalam pusaran di dahinya. Untuk melepaskan diri dari jutsu-nya, aku melepaskan pertahananku dan tubuhku limbung, karena itulah aku kalah. Setelah itu, umurku terasa bertambah tua beberapa tahun."

"Apaaaa??" Hiro terperangah. "Masaka ...," jangan-jangan, " karena itukah kau tampak jauh lebih tua dariku?"

Ambrosio menggeram menahan marah. Ia dan Hiro hanya beda setahun dan memang penampilannya terlihat lebih tua, karena ia banyak menanggung beban tanggung jawab sebagai pewaris klan. Tidak seperti Hiro yang hidup santai tanpa beban, kerjaannya banyak main-main belaka. Dengan segan Ambrosio mengakuinya, "Bisa jadi."

Bisa jadi jutsu penyerap jiwa Kaiya membuatnya terlihat lebih tua. Juga, bisa jadi Kaiya adalah Shira yang mereka cari selama ini. Bisa jadi menghilangnya Kaiya selama 10 tahun karena mengkultivasi dirinya dengan zat iblis U666 dan menunggu para pewaris klan cukup umur hingga tiba masa anugurasi Ketua Klan selanjutnya. Benar-benar penjahat yang sabar dalam berencana dan bertindak. Ambrosio mesti berpikir keras dalam mengambil langkah jitu untuk mengalahkan lawan. Ia menghabiskan sake di cangkir kedua lalu beranjak dari meja minum mereka. "Ayo kita pulang. Para jagoan pun perlu istirahat," ujarnya pada Hiro.

Kakak beradik itu tiba di kediaman keluarga besar mereka sekitar pukul 1 dini hari. Ambrosio menuju kamar Tetsuya sebelum ke kamarnya sendiri. Ia ingin memastikan putranya itu sehat dan selamat setelah berbagai peristiwa yang terjadi. Namun ia heran tidak menemukan Tetsuya di kamarnya. Seorang pelayan wanita yang berpatroli di selasar lewat sambil membawa lentera di tangannya. "U~eitā-san, di mana Tetsuya?"

Pelayan itu membungkuk hormat. "Sumimasen, Marco-sama, Tetsuya-kun tidur di kamar Anda, katanya ia menunggu Sisilia-sama. Tetsuya-kun ingin tidur bersama ibunya."

Namun Sisilia tidak pulang malam ini dan entah untuk berapa lama. Ambrosio membisu mengetahui tindak-tanduk putranya. Pelayan itu permisi dari hadapannya. Ia pun segera menuju kamarnya. Kamar yang digunakannya bersama Sisilia setiap malam selama mereka berada di rumah besar itu.

Tanpa menimbulkan suara, ia memasuki kamar itu dan terenyuh melihat Tetsuya tidur pulas bergelung dalam selimut ibunya. Selimut itu lekat bau dan rasa hangat dari tubuh Sisilia. Setelah mengganti bajunya, Ambrosio beringsut ke sisi Tetsuya dan menyempatkan menepuk-nepuk lembut pundak anak itu dan berbisik, "Tetsuya-nee, watashitachi no unmei wa onajidesu. Issho ni aijō ga arimasen." Tetsuya, nasib kita sama. Sama-sama merindukan kasih sayang.

Kasih sayang dari wanita yang sama dengan dua peran berbeda. Seorang ibu dan seorang istri. Ayah dan anak itu tidur lelap berbuai aroma lembut yang tertinggal di sana.

*
*
*

😘
Semoga sehat dan selamat selalu kita semuanya.
21/03/2020

450/20/38

Play In Deception 2: Camouflage (END)Where stories live. Discover now