24. The Club

1.3K 111 10
                                    

Ren Nakamura mengangkat sebelah kakinya ke kursi sebagai pijakan sementara tangannya memegang tang gigi, merogoh ke dalam mulut pria yang setengah telanjang dan tubuh dipenuhi luka sayatan. Pria itu terbaring telentang di meja baja anti karat dalam keadaan tak sadarkan diri. Di meja periksa sebelahnya, berbaring rekannya dalam keadaan yang sama. Tali kulit menahan tubuh mereka pada meja itu.

"Hufh!" seru Ren lega setelah berhasil mencabut geraham dari mulut pria itu, ninja yang menyerang Sisilia.

Hiro yang mengamati di belakang Ren, menggaruk-garuk puncak hidungnya. Madame Setsuna dan Kenji Himura, kepala keamanan Azteca Lab berdiri di sisi Hiro. Mereka berada di ruangan bawah tanah  di bagian belakang kediaman Keluarga Yamazaki. Di ruangan itu terdapat kerangkeng besar, rantai-rantai gelantungan, rak penyimpan alat-alat pertukangan, serta peralatan tindakan medis terbuat dari logam aneka bentuk dan ukuran. Persamaan semua perkakas itu hanya satu, dapat menyakiti. 

Malam ini akan jadi malam yang panjang. Musuh bertindak semakin berani dan terang-terangan sehingga mereka harus mendapatkan informasi dari ninja yang mereka tangkap itu secepat dan seakurat mungkin.

Ambrosio memasuki ruangan diiringi seorang ajudan. Kenji dan Madame Setsuna segera mendatanginya. "Marco-sama!" Mereka menyapa sambil membungkuk hormat.

Ren menjatuhkan tang baja anti karat beserta gigi yang belepotan darah ke dalam baki bengkok. Gigi itu digunakan untuk menyimpan racun bunuh diri jika ninja itu tertangkap. Ada dua gigi dalam baki  berasal dari dua ninja tawanan mereka. "Setsuna-san pasti menahan diri agar kedua orang ini tidak mati seketika,"  gumam Ren sambil melepas sarung tangan karet lalu melempar benda itu ke baki juga.

"Aku penasaran siapa yang menyuruh mereka. Sayang sekali satu orang lolos, padahal aku yakin sekali orang itu pemimpin dua orang  ini," ujar Madame Setsuna dengan tinju terkepal menahan kesal.

Ambrosio menoleh pada Kenji. "Kau bilang ada dua orang, ternyata mereka bertiga," tukas Ambrosio.

"Salah saya, Tuan, sumimasen," ujar Kenji sambil membungkuk dalam. "Khusus orang yang satu itu saya tidak bisa mendeteksi karena saya tidak bisa melihat hawa tubuhnya." Kenji adalah ninja pendeteksi. Indera netranya bekerja seperti radar, sekaligus teropong infra merah yang bisa mendeteksi seseorang dari panas tubuhnya.

"Maksudmu?"

"Entah orang tersebut sangat sakti sehingga bisa menyembunyikan dirinya, atau orang tersebut tidak punya panas tubuh, dalam artian benda mati."

"Oh, pantas," gumam Madame Setsuna. "Aku yakin seranganku mengenai orang itu, tetapi orang itu seperti tidak terpengaruh."

Bukan hal mengejutkan lagi bagi Ambrosio jika ada makhluk yang mati tapi masih bisa hidup atau bergerak. Ia menggeram menahan marah. "Lalu bagaimana dengan dua orang itu?"

Ren berkata dengan antusias. "Aku sudah menghentikan pendarahan mereka agar tidak mati dan membuang racun bunuh diri mereka." Ia menggerakkan jari jemarinya yang terampil di depan wajah. "Melakukan tindakan dengan tangan sendiri ternyata lebih menyenangkan daripada melalui manipulasi pikiran," ujarnya.

"Tetapi bukan untuk itu kamu di sini," sanggah Hiro.

"Iya, iya, aku tahu," ujar Ren.

Ambrosio duduk di kursi yang disediakan ajudannya. "Cepat interogasi mereka!"

Metode untuk mendapatkan informasi dari tawanan mereka kali ini tidak menggunakan penyiksaan yang menguras tenaga dan waktu. Kali ini caranya sangat berbahaya, tetapi sangat efektif. Ambrosio menyukai efisiensi dalam bekerja dan apa pun yang dilakukannya, karena itu ia mengajak serta Ren Nakamura dalam kelab penyiksaan.

Play In Deception 2: Camouflage (END)Where stories live. Discover now