52. Dinner Date

1.2K 127 9
                                    

Sisilia menggamit tas mungil di lengannya. Bibir merah delima melengkung manis. Rambut hitam panjang jatuh di bahu gaun selutut warna merah dengan punggung terbuka yang dikenakannya. Dia menyapa ramah para petugas yang berpapasan dengannya di sepanjang koridor menuju pintu keluar Azteca Lab. Ambrosio menunggunya di teras. Pria itu pun tampak memesona dalam setelan gelap dan mantelnya. Dalam pakaian serba hitam dan rambut hitam yang tersisir rapi, ia seperti pangeran kegelapan yang muncul dari kelamnya malam.

Ambrosio memandangi lutut Sisilia yang terbuka dan memperlihatkan paha mulusnya ketika duduk berdampingan dalam mobil. "Udara di luar dingin, kau seharusnya mengenakan mantel dan celana penghangat," ujar Ambrosio sambil melepas mantelnya sendiri lalu memasang mantel itu di bahu Sisilia. "Aku tidak membawa banyak baju ke lab, Ambrosio, maafkan aku," ujarnya.

"Oh, aku kira kau sengaja mengenakannya untuk menggodaku," tukas Ambrosio, membuat Sisilia mengulum senyum. Ambrosio membelai pipinya yang bersemu lalu mendaratkan kecupan ringan di bibir yang dibalas Sisilia dengan tawa kecil. "Memang," sahutnya.

Mobil melaju membelah keramaian jalan kota. "Makan di mana kita?" tanya Ambrosio tanpa melepaskan lengannya dari pinggang wanitanya. Sisilia mengerling sembari bertopang dagu di pundaknya. "Restoran unagi terenak di Kota T, Ambrosio, aku ingin makan belut bakar. Daging empuk di atas semangkuk nasi yang masih mengepul hangat, hmmm, rasanya lezat sekali." Sisilia hampir meneteskan air liurnya. "Ah, rasanya aroma daging belut bercampur saus manis dan sake sudah tercium dari sini." Sisilia mendesah kelaparan, membuat Ambrosio menyengir lebar. "Kau sepertinya bernafsu sekali malam ini," ujarnya.

Sisilia mengerucutkan bibir dan menyusuri dagu Ambrosio dengan telunjuknya. "Kamu tidak, Ambrosio?" rengutnya. Jarinya menyentuh bibir kaku Ambrosio. "Aku bahkan ingin memakan bibirmu karena saking laparnya."

"Itu ... ah!" Ambrosio membisu dan hanya bisa tertawa pendek sambil memainkan lidahnya sendiri dalam mulut. Di saat ia sedang mempertimbangkan untuk menindih dan menyetubuhi Sisilia saat itu juga, wanita itu malah meliukkan tubuhnya ke arah lain.

Sisilia membuka kaca mobil dan melongokkan kepala keluar, membiarkan angin malam menyapu wajahnya. "Aah, indahnya ...!" Dia berseru riang. Lampu jalanan, cahaya yang bergerak cepat, malam yang sejuk dengan langit bertabur bintang, menawar matanya dari keseharian memandangi perangkat laboratorium dan ruang tertutup Azteca Lab.  Paru-parunya serasa dibersihkan dari residu zat kimia dan desinfektan.

Malam itu sangat indah. Cocok untuk sepasang pecinta memadu kasih. Untuk sejenak Ambrosio melupakan segalanya. Hanya ada dirinya dan Sisilia di dunia ini, ditambah satu set hidangan unagi yang didambakan Sisilia.

Mereka ke Restoran Wakuwaku dan memesan unagi donburi. Restoran Wakuwaku adalah restoran di pusat kota yang khusus menyajikan hidangan berbasis unagi. Ambrosio menyewa ruang makan privat karena ia tidak suka keramaian. Lagi pula penampilan Sisilia yang mencolok akan jadi pusat perhatian pria di luar sana. Sementara pesanan sedang disiapkan, mereka menikmati sake dalam tokkuri (botol keramik kecil) dengan pemanas yang tersaji di meja.

 Sementara pesanan sedang disiapkan, mereka menikmati sake dalam tokkuri (botol keramik kecil) dengan pemanas yang tersaji di meja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Play In Deception 2: Camouflage (END)Where stories live. Discover now