🎡 PROLOG 🎠

9.5K 574 52
                                    

Sekitar dua puluh menitan berlalu, dan kini Brian mendapati jika Achel sudah tertidur di pangkuannya. Wajahnya yang tersandar di bahu itu begitu nampak jelas di dalam pandangan yang dewasa. Diusap perlahan surai gelap sekelam jelaga tersebut dengan begitu lembut, merasakan halusnya setiap untaian yang tak ada bedanya seperti helai benang sutra. Sangat halus di jemarinya.

"Cantik," gumam yang dewasa pelan, setelah itu ia mengecup singkat pucuk kepala si manis sebelum membaringkannya ke atas kasur dan meringsek bersama dengan dirinya sendiri dalam satu selimut yang sama.

Belahan buah persik mungil itu terlihat begitu ranum. Indah dan menyegarkan untuk sekedar dipandang mata.

Oh, atau mungkin bisa juga untuk dicicipi rasanya?

Boleh 'kan?

Brian tersenyum tipis saat anak lelaki manis itu mendengkur lembut dalam tidurnya yang lelap. Sedangkan kedua tangannya sibuk memeluk boneka berbentuk kucing yang ia belikan beberapa hari lalu sebagai pengganti kucing kecilnya yang hilang entah kemana.

Dipandangnya dalam-dalam wajah manis berbulu mata lentik itu, hidungnya yang bangir, pipi chubby, sepasang bibir mungil nan ranum lagi kenyal, alis yang tegas, surai gelap selembut benang sutra. Oh, sungguh! Achel adalah sebuah maha karya Tuhan yang sebenarnya.

Ah, ingin sekali Brian memeluknya dengan erat jika sudah begini. Dan tanpa ragu lagi, pria muda berkulit pucat itupun segera melingkarkan tangannya di pinggul ramping si manis. Menghisap lapat-lapat harum bedak bayi dari tengkuk yang muda dan menghembuskannya dalam udara malam yang dingin tiada tara.

Ehm, ya.. malam ini memang cukup dingin di kota tersebut. Mungkin karena sudah memasuki musim penghujan hingga beberapa minggu ke depannya. Tapi takan terasa begitu jika melihat kedua insan tersebut. Bergelung bersama dalam sebuah selimut tentunya memberikan efek yang hangat.

'Kau tak bisa terus memiliki Achel sepenuhnya, Brian. Suatu saat nanti orang tuanya pasti akan datang mencari.'

Entah kenapa suara Weynie kembali terdengar dalam benak Brian kala manik ambernya hendak terlelap. Mengingatkan kembali tentang siapa sebenarnya Achel, dari mana asalnya, dan ada apa dengannya yang hingga kini masihlah sebuah bongkahan puzzle acak untuk Brian.

Ah.. semuanya terasa membingungkan. Achel terlalu misterius untuk sekedar diterka-terka.
















Dunia ini penuh dengan keindahan, namun tak semua orang bisa melihatnya —Brian
























🎡 Meet the characterS 🎠

🎡 Meet the characterS 🎠

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Pacifier ✔ [Banginho] Where stories live. Discover now