Baby.. Six

2.8K 408 75
                                    

Brian menyugar rambutnya ke atas, memperlihatkan dengan jelas kening mulus yang tak berbeda dengan bokong bayi. Sedangkan di depannya terlihat Achel yang sudah mengenakan bathrobe, baru saja selesai mandi.

500ml sabun pencuci piring yang baru saja Brian beli kemarin habis dipakai mandi remaja itu. Tak habis pikir, bagaimana bisa ia menggunakan sabun tersebut. Padahal di rak kecil yang terbuat dari kaca pada sisi wastafel 'kan terlihat jelas jika ada sabun cair khusus bathtub di sana. Apakah ia tidak bisa melihatnya? Atau ia tidak bisa membaca?

Oh, tolong jagan salahkan Achel, karena sepertinya ini memang salah Brian sendiri yang suka ngasal simpan barang. Jadi tak ayal kenapa Achel bisa menganggap botol sabun pencuci piring sama dengan sabun mandi.

Dan kini anak itu masih asik merunduk, duduk di tepian kasur dengan tangan sibuk memilin ujung bathrobe yang dikenakannya. Sementara Brian sekarang terlihat tengah sibuk mengaduk-aduk isi lemarinya sendiri. Mencari baju yang bisa dikenakan Achel lagi.

Ah, tubuh Achel kurus sekali. Brian yakin pasti ukuran pakaiannya tidak sampai XL. Mungkin antara M dan L saja, itupun terlihat kebesaran untuknya. Sedangkan Brian sendiri kebanyakan bajunya berukuran XL.

"Achel pake baju training aja, ya? Baju Byan gede-gede semua," ucapnya tiba-tiba, dan anak itu terlihat menganggukan kepalanya pelan, meski dengan wajah masih menghadap ke bawah.

Selang sedetik kemudian disaat itu juga Brian mengeluarkan satu stel baju olahraga berwarna hitam miliknya dengan lengan panjang untuk si bocah. Udara malam yang kian melarut pasti terasa dingin untuknya, dan Brian yakin baju ini bisa membuatnya hangat.

"Bisa pake sendiri, gak?" lagi, Brian bertanya setelah meletakan baju itu di atas kasur lengkap dengan celana boxer-nya.

Achel terdiam, tapi kemudian mengangguk lagi dengan pelan. Yang seketika membuat Brian sedikit mengulum senyum karena tingkah polosnya.

"Lain kali, kalo mau mandi bilang Byan dulu. Biar Byan siapin sabun sama bajunya ya," titah sang dokter kemudian.

"M-maap.. Yan," cicitnya pelan, namun sukses membuat Brian sedikit terenyak.

Ia meminta maaf? Lucu sekali jika mendengar suaranya yang kecil itu.

"Iya, gapapa. Tapi lain kali jangan begitu lagi ya," sahut Brian, kali ini disertai tangan mengusak rambut gelap si bocah. Yang setelah beberapa detik didiamkan, Achel kembali mengangguk lagi sebagai jawabannya

Anak yang polos.

Menginat jika Achel mulai menjadi bagian dari rumah ini -setidaknya sampai ia sembuh dan kembali ke keluarganya- Brian tentu tak selamanya bisa membiarkan kamarnya menjadi milik bersama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Menginat jika Achel mulai menjadi bagian dari rumah ini -setidaknya sampai ia sembuh dan kembali ke keluarganya- Brian tentu tak selamanya bisa membiarkan kamarnya menjadi milik bersama.

Kenapa?

Karena Brian juga jadi sulit untuk melakukan aktifitas pribadinya sendiri, katakan saja seperti mengganti baju. Sedangkan Achel juga tak mau ke luar ruangan itu jika memang ada yang dibutuhkannya, seperti makan misalnya.

The Pacifier ✔ [Banginho] Where stories live. Discover now