Baby.. Forty Five

2K 265 134
                                    

Ini chapter fav-ku, aku perbarui sedikit. yang ditulis italic di sebelah kanan itu lirik lagu Comatose, dan jadi Ost utama di chapter ini. Moga ngfeel lirik sama isinya. Keep vommet!

Happy reading ^^






















Minggu depan, sekitar delapan harian lagi tepatnya Achel akan dibawa oleh orang tuanya ke Berlin—Jerman untuk melakukan perawatan di sana karena mengingat jika di rumah sakit ini alat dan tenaga medisnya kurang memadai.
























I hate feelin' like this
I'm so tired of tryin' to fight this
I'm asleep and all I dream of is waking to you



















Ini tentu kabar yang baik untuk Achel. Ia akan sembuh seperti sedia kala, harap-harap lebih dari apa yang diinginkan. Bukankah akan menyenangkan jika nanti ia kembali dengan keadaan yang sehat? Tentu saja.

Tapi jika ia kembali lagi.
Bagaimana jika sebaliknya?

Bagaimana jika Achel takan kembali lagi dan akan terus menetap di Jerman selamanya? Apakah Brian bisa menerima itu semua?



























Tell me that you will listen
Your touch is what I'm missin'
And the more I hide I realize I'm slowly losin' you





















"Apa kau bahagia dalam mimpimu saat ini?" lirih si dokter pelan di telinga si manis. Jemarinya yang kokoh mengusap lembut untaian helai rambut gelap remaja itu, "Akhirnya kau bahagia ya sekarang," lanjutnya. Sesak.

Lelehan liquid bening itu kembali mengaliri pipi pucat yang dewasa. Sedang bibirnya berusaha sekuat tenaga untuk tak mengeluarkan isak tangisnya yang terus memaksa keluar.

Ia mengusapnya kasar. Tak mau jika pemuda cantik itu tahu jika ia menangis saat ini.






















Comatose
I'll never wake up without an overdose of you

I don't wanna live
I don't wanna breathe
'less I feel you next to me
You take the pain I feel

Wakin' up to you never felt so real



















"Bagaimana denganku?" ia bertanya sendu, "Bagaimana dengan diriku jika kau pergi meninggalkanku? Bagaimana jika kita takan bisa bertemu lagi?"

Baiklah. Ia sudah kalah karena isak tangisnya itu akhirnya lolos sudah bersamaan dengan suara hembusan angin kencang yang menerbangkan dendaunan di luar jendela.

Ia kalah. Dan memang selalu kalah.

"Orang tuamu bilang jika kau akan dibawa ke sana demi kesembuhanmu, dan aku bahagia karena kamu akan kembali seperti dulu. Tertawa dengan lucu dan takan ada lagi yang akan menyakitimu."

Mungkin memang sudah memasuki musim penghujan, karena akhir-akhir ini jika waktu sudah melewati tengah hari, langit seolah sudah bersiap akan digantikan oleh awan kelabu yang menyelimuti bumi. Bunyi gemuruh dari guntur, desir angin yang meniup dendaunan dan juga rintik dari air hujan akan senantiasa menjadi kawan. Ikut menyaksikan seberapa sendu dan gundah dari sosok dokter yang terancam kehilangan bintang kecil di hidupnya. Kehilangan mataharinya.

The Pacifier ✔ [Banginho] Where stories live. Discover now