Baby.. Thirty

1.7K 244 55
                                    

"Kau melepaskannya?! Kupikir kau akan membawanya pulang," cerca pria muda yang sedang menghisap rokoknya pada pria tua yang baru kembali. Entah dari mana.

"Aku takan membawanya langsung begitu saja tanpa membuahkan hasil yang lebih. Anak itu harus membuat kita setidaknya punya uang cukup untuk menjalankan apa yang sudah kita rencanakan," sahut yang dewasa sambil membanting tubuhnya ke atas sofa butut di ujung ruangan.

"Jadi? Kita benar-benar akan melakukan semua yang sudah kita susun sebelum ini?" tanya lawannya lagi.

"Ya! Tentu saja. Lagian, jika aku membawanya pulang saat ini, dokter itu pasti akan cemas dan berakhir memanggil polisi karena mainan kecil kesayangannya sudah diculik orang. Daripada hal itu terjadi lalu membuat kita rugi, lebih baik ikuti saja permainan yang sudah kita susun sejak awal bocah itu pergi. Ada bagusnya juga anak itu melarikan diri dari tempat ini, dan ternyata dia justru membuat semuanya semakin mudah untuk kita laksanakan."

Yang muda terdiam, sebelum tangannya kembali menyesapkan puntung rokok dalam selipan jarinya ke bibir. Dan kepulan asap putih pun membumbung tinggi, mengudara seiring luasnya seringai yang ditunjukan pria lainnya.

"Kau beruntung memiliki kakak selicik diriku, adikku yang dungu!" umpat pria itu dan tertawa terkikik sambil merenggut sebotol bourbon di atas meja dan menenggaknya dengan rakus. Membuat partner lelakinya itu mendengus jijik.

"Tapi bagaimana jika bocah idiot itu melawan lagi? Atau dia sadar tentang semua yang telah kita lakukan padanya?" cerca si lawan bicara.

"Kau pikir apa?! Anak itu sejak lahir sudah memiliki gangguan pada fungsi otaknya. Dia tidak normal dalam berpikir, dan takan pernah menyadari tentang siapa dirinya sendiri. Beruntung wajah polos dan tingkah lugunya itu ternyata cukup memberikan kita banyak uang. Jika tidak, aku benar-benar sudah mengambil organ tubuhnya untuk dijual sejak lama," balas yang tua dengan congkak. Kedua kakinya ia naikkan ke atas meja dan punggungnya dibuat senyaman mungkin bersandar pada sofa kumuh yang ia duduki saat ini.

"Sejujurnya aku kasihan, dia masih sangat muda untuk melakukan semua ini."

"Jangan lembek! Kau takan bisa makan dan takan bisa menghisap rokokmu jika terus merasa kasihan padanya. Dasar dungu!"

"Hei! Aku 'kan cuma bilang kasihan, bukan membelanya dan membantah yang kau perintahkan! Lagipula memangnya siapa yang tidak kasihan saat melihat anak berkebutuhan khusus dipaksa menjadi boneka malam hanya untuk memuaskan nafsu lelaki hidung belang!?" geram yang muda.

"Aku," ia menyeringai luas sebelum melanjutkan ucapannya. "Aku tak pernah merasa kasihan padanya, walau kulihat para bajingan kaya itu menyiksanya dengan ikat pinggang hingga dengan cutter sekalipun hanya agar si bocah mau mengulum kemaluan mereka. Aku tidak pernah merasa kasihan sama sekali," sahut pria tua itu tanpa merasa memiliki hati sama sekali. Seolah dirinya memang jelmaan daripada iblis akan panasnya api.

"Kau memang pria jahanam, Martin!"

"Terima kasih atas pujiannya, Jack!"

"Terima kasih atas pujiannya, Jack!"

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.
The Pacifier ✔ [Banginho] حيث تعيش القصص. اكتشف الآن