Baby.. Fourteen

2.4K 347 53
                                    

Haner?

Rasanya Brian pernah mendengar nama itu, tapi.. dimananya ia juga bingung.

Sungguh, seperti pernah mengenal nama tersebut, atau memang pernah mendengar tapi lupa. Yang jelas Brian merasa familiar dengan nama Haner. Dan bila dirasa-rasa, sepertinya itu nama sebuah keluarga.

Verrel Elwin Haner.

Baiklah, ia tak boleh sampai lupa. Harus dicatat dengan digaris bawahi pada ingatannya saat ini akan nama lelaki tersebut.

"Aaaaawww.." pekik Achel mendadak, dan sontak membuyarkan lamunan Brian tentang Verrel sedari tadi.

"Eh? Ya ampun.. maaf, Byan gak sengaja. Sakit ya?" sergahnya kemudian. Sadar jika ia baru saja menekan tangan Achel yang membengkak kebiruan saat hendak mengompresnya.

"Sak-sakit.. Byaaaann.." rengek yang muda.

"Ah? Iya, maaf.. Byan gak sengaja. Sini dimasukin ke dalam baskom biar air angetnya ngempesin bengkak di tangan Achel," titah si dokter kemudian.

"Eng-engga mauuu.. tangan A-Achel di-dilebus jangaaaann.." remaja itu malah menarik tangannya dan menyembunyikan di balik punggung.

"Siapa yang mau ngerebus tangan Achel? Byan 'kan cuma bilang buat direndem ke air anget, Chel.. biar bengkaknya jadi kempes," jelas Brian, berusaha agar tetap sabar.

"A-Achel takuuutt.." serunya, masih kukuh untuk menyembunyikan punggung tangannya yang bengkak itu.

"Hhhh..." Brian menghela napas lelah sesaat sambil melirik jam di dinding ruang tamu tersebut. Pukul dua siang. Ia menyugar rambutnya sebelum kembali menatap remaja manis yang masih sibuk menyembunyikan tangannya sendiri.

"Yaudah kalo Achel gak mau, tapi hari ini gak ada jelly ya.. Achel gak boleh makan jelly kalo gak mau diobatin dulu lukanya," ancam si dokter sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Aaaahhh.. m-mau jelliiiiiiiii.." yang muda kembali merengek-rengek.

"Tapi harus diobatin dulu tangannya," ingatkan lagi si pria pada apa yang harusnya si manis lakukan.

Achel merungut, memanyunkan bibirnya dengan wajah cemberut yang sejujurnya terlihat begitu menggemaskan sekali, hingga rasanya ingin Brian cubit pipi bulat itu jika saja ia tak ingat harus bersikap tegas untuk kali ini.

"Ayok siniin tangannya," pintanya kemudian.

Meski ragu dan masih terlihat takut, Achel pun memberikan tangan kirinya yang terlihat membengkak kebiru-biruan.

"Ya ampun, untungnya bukan tangan kanan kamu yang bengkak gini," si dokter bergumam pelan. Lalu dengan amat hati-hati ia memasukan tangan itu ke dalam air hangat di dalam baskom yang sejak tadi disediakannya.

"Auuhhh.." suara ringisan terdengar dari si pemilik tangan mungil itu. Matanya terlihat terpejam kuat seolah menahan rasa sakit yang akan mengigitnya lagi setelah ini.

"Sakit?" Brian kembali bertanya.

Achel terdiam, membuka satu persatu maniknya dengan perlahan sebelum melihat jika sebelah tangannya yang direndam air itu terasa hangat dan menyegarkan.

Ia tak menjawab pertanyaan si dokter padanya, namun ketimbang itu terlihat jelas bila ia mulai menyukai dengan apa yang dirasakannya kini. Tangan mungil dalam baskom tersebut nampak digoyang-goyangkan pelan, membuat riak air kecil tercipta karena gerakannya, lalu ia pun tertawa.

"Hi hi hi.." Achel kegirangan sendiri.

"Hayoo.. tadi katanya gak mau, takut direbus. Sekarang kok malah jadi seneng sendiri main airnya?" Brian meledek dengan tangan mencubit gemas pipi remaja tersebut, membuat sosok manis yang kini berhadapan dengannya itu terlihat mengaduh namun juga tertawa secara bersamaan.

The Pacifier ✔ [Banginho] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang