Baby.. Thirteen

2.3K 361 53
                                    

"Byan..?" sebutnya pelan sambil menolehkan kepala ke kanan dan kiri dengan sibuk.

"B-Byan.." lagi, cicitnya kecil dengan wajah mulai panik, sedangkan kerumunan itu kian melesak membuatnya terdorong ke sana ke mari, hampir saja terjatuh.

Bagaimana ini? Achel tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya. Achel tak tahu bagaimana tangannya bisa terlepas dengan tautan jemari Brian tadi, karena sebelum ini anak itu sibuk memerhatikan sesosok badut beruang madu yang asik berjoget di dekat kedai.

Remaja itu mulai bergerak, berusaha membebaskan dirinya dari kerumunan orang yang sibuk mengantri untuk membeli kopi. Berusaha untuk mencari ruang menyalip keluar dengan menggunakan badannya yang memanglah kurus.

"Byan.."

Achel melesak dari desakan yang kian membludak tak beraturan, berupaya sebisanya mencari jalan sekuat tenaga dengan wajah cemas dan lagi takut akan keadaan yang semakin tak karuan di tempat tersebut. Hingga..

Brukk!!

"Aaaww.."

Seseorang yang entah siapa justru mendorongnya dari belakang, membuat tubuh kurus itu terhempas dan jatuh ke tanah, sedang banyaknya pasang kaki dari massa yang saling berjejal justru membuatnya sulit bergerak.

Duk!

"Byaaaann.." serunya kencang sembari membangunkan dirinya dari posisinya yang merebah ke tanah. Namun..

Brukk!!

Seseorang lain lagi baru saja kembali membuat Achel tersungkur kala ia hendak bangun. Belum lagi yang menginjak tangannya atau menendang tubuhnya entah karena sengaja atau tidak. Yang jelas Achel benar-benar terjebak dan terinjak-injak di tengah kerumunan tersebut tanpa ada satupun orang yang membantunya.

"Byaaaaaannn.." teriaknya kencang tak terhalang, namun suaranya yang kecil itu seolah teredam dengan suara-suara orang di sekelilingnya.

Ah, persetan dengan kopi viral! Nyatanya hanya membuat seorang remaja ABK menjadi korban karena kerumunan massa yang membludak. Tapi disaat hampir menyerah karena takut dan tak bisa lagi mengontrol dirinya sendiri, ada sepasang tangan yang meraih bahunya, membantu Achel bangun berdiri dan menariknya untuk keluar dengan mendekapnya dalam pelukan yang begitu erat.

Orang asing, seorang pria dewasa dan Achel tak mengenalnya sama sekali. Namun dibanding itu, saat tubuh tinggi itu mendekapnya, Achel justru merasakan sebuah kenyamanan yang berbeda dari sebelumnya. Bahkan rasanya berbeda dengan saat ia dipeluk oleh Brian saat tidur. Sosok ini memiliki aroma maskulin yang jauh lebih menenangkan untuk dihirup.

Keduanya kini terlihat berhasil membebaskan diri dan nampak mulai mengatur napas sembari duduk di salah satu kursi taman tak jauh dari tempat sebelumnya.

"Kamu gapapa?" pria itu bertanya pada si remaja dengan pelan. Namun anak delapan belas tahunan itu malah merunduk dan mulai tremor dengan jemari sibuk memilin ujung bajunya.

"Loh, Dek.. kok malah nangis?" yang dewasa kembali bertanya, sementara si manis semakin merunduk dengan suara isak tangis tertahan kian tertahan.

Anak ini terlihat aneh. Apa dia punya keterbelakangan mental?

Melihat anak tersebut tak jua menjawab dan malah terlihat semakin tremor, pria itupun menjadi sedikit panik. Takut-takut ada yang mengira ia sudah melakukan tindakan kejahatan pada sosok ringkih di hadapannya.

Namun, perasaan panik itu tak bertahan lama. Karena sang pria melihat jika di sana, di lutut serta pada punggung tangan si manis ada darah segar serta noda keunguan yang nampak begitu jelas dan kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Pun dengan segaris lecet dengan warna merah legam di bawah pipi kanannya akibat jatuh tersungkur tadi.

The Pacifier ✔ [Banginho] Where stories live. Discover now