Baby.. Thirty Six

1.5K 235 43
                                    

Rumah itu terasa hampa, tak lagi hidup seperti sebelumnya. Kosong dan seolah seperti mati. Sedangkan penghuninya sendiri pun tak ayalnya mayat hidup yang hanya sekedar melakukan kesehariannya tanpa ada kejelasan.

Senyum berlesung pipi itu tak lagi menyunggingkan kurva seindah bulan sabit seperti sebelumnya. Tawa renyah dan gelak canda yang biasa ia jadikan sebagai penyemangat hari juga sudah binasa.

Hilang. Semuanya sudah hilang sejak tujuh hari yang lalu sejak si manis pergi meninggalkannya.

Kenapa Brian jadi begini? Bukankah harusnya ia senang karena remaja manis itu kembali ke keluarganya? Kembali ke pelukan ayahnya? Dan kembali bertemu dengan pamannya? Kenapa Brian justru murung? Bukankah dia sendiri yang bilang jika ada yang mencari Achel, maka ia akan melepaskannya?

Apakah dia mengingkari ucapannya sendiri?

Ting!

Satu pesan masuk ke dalam ponselnya. Dengan tatapan hampa dan pikiran yang entah berada di mana, Brian pun meraih benda pipih itu dari atas meja nakasnya, sementara tubuhnya masih enggan beranjak dari atas kasur.



🐻 Winnie The Pooh 🐻

| Weekend, Man!
| Kau mau jalan ke luar?

Tidak |
Aku ingin istirahat |
• read ✓✓

| Kau yakin?
| Aku sedang berpikir
| untuk membuatmu relax
| Dengan jalan ke luar
| Ayolah

Kamu aja sama Chiko |
Aku ngantuk |
Lagi tidur |
• read ✓✓

| Jangan bohong!
| Aku tau kamu gak lagi tidur!
| Mana ada orang tidur main hp!?

Terserah kamu |
Mau percaya apa enggak |
• read ✓✓

| Aku akan ke rumahmu
| 😤😤😤

Gak usah |
• read ✓✓

| Aku udah di depan rumahmu!
| Cepat keluar!
| Atau kulubangi pintumu!

Jangan bohong! |
Lubangi saja kalau bisa! |
• read ✓✓



Jawabnya secepatnya dengan disertai dengusan sebal. Setelah itu ia kembali menyimpan benda tersebut dan menutupkan kedua matanya, serta menyimpan lengannya di atas kepala.

Tapi mendadak, suara bel pintu rumahnya berbunyi dengan nyaring. Membuat kedua kelopak yang sudah nyaris kertutup rapat itu menjadi membelalak seketika.

"Shit!" umpatnya kesal. Tak main-main ternyata, beruang madu liar itu benar-benar datang ke rumahnya.

Dengan langkah besar dan deru napas kesal yang menggebu-gebu, Brian pun keluar dari kamarnya lalu membuka pintu dengan kasar.

"Mau ngapain sih!?" bentaknya pada sosok yang saat ini sudah berdiri di depan pintu dengan tatapan datar. Tak goyah sedikitpun saat si empunya rumah membentak di depan wajahnya.

"Weekend," jawabnya santai, datar dan tenang.

"Pergi sana! Aku lagi sibuk, gak bisa diganggu!" usir si dokter, ketus. Pun dengan tangan mulai bersiap menutupkan daun pintunya kembali.

Tapi gagal. Sebab lengan kanan Weynie sudah menahannya lebih dulu. Dan dengan wajah yang masih menunjukan raut datarnya, ia mengangkat tangan kirinya, menunjukan sebuah kantung plastik berisi sesuatu. Makanan kesukaan Brian lebih jelasnya.

The Pacifier ✔ [Banginho] Where stories live. Discover now