Baby.. Twenty Four

1.8K 297 71
                                    

Haduh, mati aku!

Byan mulai meracau yang tidak-tidak dalam otaknya saat ini. Segera ia lemparkan ponselnya ke sofa dengan asal sebelum berlari tunggang langgang menuju belakang rumah.

Achel, si manis yang masih asik di depan kandang kucingnya itu hendak mengambil mangkuk makanan yang sudah kosong dan mungkin ingin mengisinya ulang saat Brian dengan gerakan sedikit kasar menarik lengannya. Membuat pernik karamel gelap indah itu melonjak kaget dan memandangnya bingung.

"Achel! Ayo ikut Byan," titahnya mendadak dengan sedikit menyeret si manis agar mengikutinya ke dalam.

"A-Achel mau mamam K-Kitty.. Byan," cicit si remaja yang tak rela diseret menjauh begitu saja.

"Mamam ama Kitty nanti aja, Chel. Sekarang kamu ikut Byan dulu." Brian masih menarik lengan kecil itu dan mambawanya masuk ke dalam, menuju tangga ke kamar di loteng.

"M-mau Kitty.. Byaaaann.." kukuh si manis pada peliharaannya. Ia bahkan sempat menolak untuk ikut dengan menahan kakinya.

"Tapi Achel harus ikut, kalo enggak.. eng.. kalo enggak.." si dokter jadi bingung sendiri. Tapi mendadak ia teringat akan teriakan Chiko yang dulu diberikan pada Achel saat pertama kali bertemu.

"Soalnya ada Nenek Gerondong mau dateng!" tandasnya kemudian. Yang juga sukses membuat kedua manik bulat si manis membelalak kaget.

"Hah? N-nenen.. do-dodong?" kalimatnya membeo karena kaget, tapi justru membuat Brian hendak tertawa.

"Iya, ada Nenek Gerondong yang suka makan anak kecil dateng ke sini. Jadi Achel harus ngumpet, soalnya takut dimakan. Achel 'kan imut, ngegemesin gini makanya Nenek Gerondong suka sama Achel," kelakar yang dewasa. Menipu sejadi-jadinya.

"Hiiihhh.. tak-takuuuuttt.." pekik yang muda dengan tangan beralih menggelayuti lengan besar si dokter.

"Yaudah, ayo kita ngumpet!" Brian berseru, dan Achel mengekor di belakangnya menaiki tangga lalu masuk ke dalam kamar.

Hendaknya si manis ingin bersembunyi di kolong ranjang lagi seperti dulu, tapi sang pria menahannya karena mengingat sudut kamar bagian itu sungguhlah dipenuhi debu. Dan ia tak mau mengambil resiko jika bocah lugu itu akan terserang tetanus karenanya nanti.

"Achel jangan keluar kamar ya, tunggu di sini aja. Nanti kalo Nenek Gerondongnya udah pulang baru boleh turun ke bawah," titahnya kemudian.

"Aaaah.. Byan.. B-Byan sini," tapi anak itu menahan gerakannya. Merengek-rengek dengan menggelayuti lengannya.

"Gak bisa, Byan harus usir Nenek Gerondongnya dulu."

"Jang-jangaaaaannn.. nanti B-Byan dima-mamam," sergah si manis.

"Gapapa, Chel, gapapa. Byan bawa sapu kok." Brian meyakinkannya.

Apa hubungannya?

Remaja delapan belasan tersebut merungut sebal dengan bibir mengerucut setelah si dokter menarik lengannya agar terbebas lalu pergi ke arah pintu menuju ke luar.

"Tunggu di sini, oke!" titahnya lagi. Dan anak itu cuma bisa mengangguk dengan pelan.

"A-ati-ati.. Byan.." cicitnya kemudian setelah pintu tersebut tertutup sempurna.

Untuk sesaat, Achel hanya diam memandang sendu kayu persegi tempat menghilangnya sang dokter di baliknya. Namun tak lama kemudian manik bulat manis tersebut menemukan hal lain di dalam kamarnya.

Dan senyuman jenaka itu kembali terkembang setelahnya .. hehehe..

 hehehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Pacifier ✔ [Banginho] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang