Baby.. Seven

2.8K 418 96
                                    

"Kenapa Achel bilang gitu? Emang gak kangen sama Papa-Mama Achel?" Brian bertanya sembari mendudukkan si remaja ke kursi, sebelum ia juga duduk di sebelah sisi lain dari sosok yang ditanyanya.

Yang ditanya hanya diam, namun sesaat kemudian ia menggeleng pelan. Wajahnya masih merunduk menatap hidangan pagi untuk sarapan mereka.

"Kenapa?" Brian kembali bersuara.

Hening, karena Achel tak lagi menjawab ucapannya selain menatap omelet yang ada di depannya dengan wajah bingung. Namun sukses membuat Brian paham jika anak itu pasti tidak tahu cara memotong makanannya. Dan di detik berikutnya, lelaki berparas tampan itu nampak menarik pelan piring si manis hingga mendekat ke arahnya.

"Sini biar Byan yang motongin" ucapnya pelan. Lalu dengan sabar ia memotong-motong kecil omelet tersebut sebelum menyuapkannya kepada sosok di sebelahnya.

"Buka mulutnya.. aaa.." titahnya lembut, dan si manis pun menuruti ucapannya.

Hup!

Satu suapan masuk ke dalam mulut berbibir ranum itu. Keduanya tersenyum kecil, Achel dengan mulut sibuk mengunyah, sementara Brian dengan tangan sibuk menyiapkan sendokan seterusnya.

"Achel harus banyak makan, biar gemuk dan gak sakit lagi," kalimat yang dewasa. Lagi.

Namun entah kenapa aktifitas menyuapi Achel membuat Brian kembali teringat akan momen manis saat ia menyuapi mendiang adiknya, Felix dulu. Melihat bibir mungil keduanya terisi penuh sungguh membuat Brian sedikit bahagia.

Dan tiba-tiba saja ia kembali teringat jika setelah ini ia akan mengantar Felix ke sekolah yang sama dengan Chiko dulu. Pun tempat awal mulanya ia dan Weynie bersahabat baik hingga kini. Mendengarkan cerita random Felix sepanjang perjalanan menuju sekolahnya.

Hingga sebuah pikiran kembali terbesit dalam benaknya saat kembali mengulang memori-memori manis diingatan itu lagi.

Apakah Achel sekolah?

Kenapa Brian tak ingat sama sekali kesitu?

Sesaat lelaki itu tenggelam dalam pikirannya yang melayang entah kemana, bahkan sendok berisi omelet yang hendak disuapkan pada Achel pun malah tertahan di udara. Hingga..

"Y-Yan.." suara kecil tersebut sukses membuyarkan lamunannya.

"Ah? Iya? Oh.. maaf," yang dewasa pun gelagapan karena kedapatan melamun. Dan buru-buru ia kembali menyuapkan sesendok lagi sarapan si manis sebelum kemudian bertanya dengan pelan.

"Achel sekolah di mana?"

Yang muda terlihat diam, sibuk mengunyah dengan pipi penuh terisi, sebelum bergelagat seperti orang yang tengah berpikir.

"Achel ke.. p-pasal suka," jawabnya polos, namun sukses membuat Brian tergelak.

"Ke pasar?! Ha ha.. yang bener aja, Chel?! Masa kamu sekolah di pasar," tawa si dokter mendengar jawaban remaja polos itu. Sedangkan sosoknya malah terlihat tersenyum malu-malu.

Namun pembicaraan mereka tidaklah sampai berlama-lama, karena jam sudah menunjukan pukul delapan tiga puluh, dan Brian harus segera berangkat kerja.

"Byan mau kerja, Achel di rumah jangan nakal ya. Jangan kemana-mana. Ngerti 'kan?" Brian bertanya sambil memakai snelinya di depan cermin.

Achel terdiam, meneliti apa yang sedang dikerjakan si pria dengan wajah nampak bingung, sebelum bertanya dengan begitu polos.

"B-Byan.. m-mau sapa sun-suntik?" lugunya. Mungkin yang ia maksudkan adalah : Brian mau menyuntik siapa?

The Pacifier ✔ [Banginho] Where stories live. Discover now