Baby.. Forty Nine

2.3K 270 112
                                    

Penampakan interior rumah rich Achel 😌
































Rumah itu lebih pantas dikatakan sebuah mansion karena luasnya yang menyerupai istana. Mewah dengan interior elegan yang tiga kali lebih luar biasa dibandingkan dengan rumah orang tua Brian sendiri.

Mulai dari gerbang utamanya yang diberi cat hitam gelap dengan aksen emas nan kontras saja sudah menjelaskan seberapa beradanya pemilik rumah tersebut. Rich people!

Buka sepatu dulu apa jangan?

Brian memandangi keramik putih rumah itu yang nampak mengkilat seperti kaca kala tiba di depannya. Otaknya seolah tak bekerja karena merasa jika ia akan memasuki rumah ibadah, dengan polosnya malah membuka sepatu dan melenggang masuk begitu saja, membuat dua orang maid yang terlihat sedang menyapu halaman terkikik geli.

Dimana image anak jutawannya kalau begini? Sudah pakai baju kumal, celananya juga sobek-sobek, masuk ke rumah orang segala niatan buka sepatu.

Brian jika sudah gugup memang kerap bertingkah lucu. Bukan, bukan lucu seperti badut, tapi justru bertingkah di luar pikirannya, tak sadar dengan apa yang dilakukan.

"Maaf, Kak.. sepatunya dipake aja, gak usah dilepas segala," seorang maid berbicara padanya, yang sontak membuat seolah otaknya kembali tersambung dengan jaringan internet.

Wifi di sini pasti bagus!

"Ha?" ia bingung sendiri awalnya.

"Sepatunya dipakai aja, gak usah dilepas segala," ulangi perempuan itu.

Baiklah, apa di sini ada tukang reparasi? Karena sepertinya otak Brian agak sedikit geser dan harus dibetulkan.

Saat ia hendak kembali memakai sepatu, mendadak dari dalam rumah seseorang muncul dan memanggilnya, sontak saja membuat si dokter muda itu kaget hingga tak sengaja latah.

"Brian."

"AYAM!!"

Astaga, momen melalukan yang dibuat Brian pada saat pertama kali berkunjung ke rumah si manis tidak ada habisnya ternyata. Karena parahnya ia latah dengan kedua tangan terangkat ke atas segala.

"M-maaf, Tante.. kelepasan," ucapnya tergugu karena malu, sedangkan Agatha, yang tadi memanggilnya justru mengulum senyuman lucu. Wajah tampannya memerah, terlebih pada telinganya.

"Kenapa kamu buka sepatu?" Agatha mengernyit bingung saat melihat jika Brian bertelanjang kaki di rumahnya.

"Anu.. itu sepatunya kotor tadi 'kan," jawabnya polos.

"Ya ampun, gak apa, pake aja," kata si empunya rumah dengan menahan diri agar tidak tertawa.

Brian terdiam sejenak, berkedip beberapa kali sebelum menggaruk kepalanya dengan kikuk lalu terkekeh. Ia berbalik, mengambil sepatunya lagi dan memakainya. Sungguh, jika saja tidak menjaga image sebagai seorang wanita terpandang mungkin Agatha sudah tertawa terbahak-bahak saat ini. Mendapati tingkah lucu si dokter muda itu adalah sesuatu yang cukup menghibur dirinya dikala ia bingung dengan tingkah anak tunggalnya.

Ya Tuhan.. aku ini benar-benar mirip gembel yang nyasar ke istana orang kaya.

Untuk beberapa menit, ibu dari si manis itu menunggu tamunya tersebut kembali memakai alas kakinya sebelum mengatakan sesuatu perihal anak tunggalnya.

"Untung kamu datang ke mari, Tante niatnya mau ngehubungi kamu dari beberapa hari yang lalu, tapi Tante takut ganggu kerjaanmu," yang dewasa membuka obrolan sembari mengajak Brian berjalan ke arah tangga utama yang melengkung mewah di leher bangunan tersebut. Sementara tadi sempat Brian lirik pada sayap kanan-kiri dari pintu utamanya seperti ada dua ruang tamu dengan beda fungsi, mungkin salah satunya digunakan untuk pertemuan yang lebih formal. Entahlah, ia hanya menerka-nerka.

The Pacifier ✔ [Banginho] Onde histórias criam vida. Descubra agora