Baby.. Two

3.4K 457 58
                                    

"Sialan! Ada apa dengan anak itu!?" umpat Brian sebal.

Lumpur hitam dengan bau menjijikan yang menyengat itu sudah mengotori hampir separuh tubuhnya karena ia jatuh dengan posisi terduduk. Dengan suara gerutu dan kata-kata mengumpat yang tiada henti, Brian pun naik ke atas dari selokan dan kembali berjalan terburu-buru ke rumahnya.

Ah, sial. Benar-benar sial sekali pagi ini. Bagaimana bisa ada anak remaja setidak sopan itu!? Sudah menabrak orang, membuatnya terjatuh hingga masuk ke dalam selokan dan pergi begitu saja. Apakah orang tuanya tidak mengajarkan tata krama? Apakah dia tidak pernah sekolah? Orang konyol macam apa itu!? Benar-benar menyebalkan.

Ya, setidaknya seperti itulah yang sejak tadi ada dalam benak Brian. Pun terus berlanjut hingga ia sampai pada pintu pagar belakang rumahnya.

Oh, sepertinya hari minggu ini adalah hari kesialan Brian. Bagaimana bisa ia lupa untuk membuka kunci pintu belakang. Sedang ia tak mungkin lewat pintu depan rumahnya dengan keadaan kotor dan bau begini. Sungguh! Ia kesal sekali.

Dan coba tebak apa yang kini ada dalam pikirannya!? Ia tengah bersumpah jika bertemu remaja yang membuatnya jatuh tadi akan membalaskan dengan hal serupa. Masa bodoh jika nanti sosok tersebut akan marah padanya. Toh, Brian juga dibuat begitu.

"WINNIE! WINNIE BUKAIN PINTU BELAKANG RUMAHKU!!" teriaknya lantang, berharap jika Weynie akan mendengar suaranya.

Oh, sudahkah diberitahu apa alasan Weynie dipanggil Winnie oleh Brian dan keluarganya? Kupikir semua akan setuju jika melihat visual lelaki tersebut yang memang menyerupai tokoh kartun Winnie The Pooh dari Disney itu. Memang mirip sekali. Jadi, jangan heran kenapa ada juga yang menyebutnya psikolog beruang.

Cklek!

"Apakah kau bisa memelankan suaramu? Aku bisa mendengar teriakan itu dari puncak menara sutet ta-" omelan Weynie tertahan saat ia menemukan Brian yang berdiri dengan badan kotor penuh lumpur dan..

"Jangan komentar!" hantam lelaki pucat tersebut sebelum ia benar-benar menanyakan apa yang sudah terjadi padanya.

"A-ouh.. baiklah," angguk si beruang, dan menepikan tubuhnya pada sisi pintu agar si empunya rumah bisa masuk tanpa harus membentaknya lagi.

"Apa yang sudah terjadi padamu?" sosok ber-apron yang sedang sibuk dengan wajan teplon dan bahan masakan itu tak bisa menahan lebih lama untuk tidak bertanya setelah mengetahui Brian sudah hadir di sana

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

"Apa yang sudah terjadi padamu?" sosok ber-apron yang sedang sibuk dengan wajan teplon dan bahan masakan itu tak bisa menahan lebih lama untuk tidak bertanya setelah mengetahui Brian sudah hadir di sana. Duduk di kursi pantry dengan wajah memberengut kesal dan memerhatikan pergerakan Weynie yang sibuk sendiri.

"Aku jatuh," singkatnya.

"Tiba-tiba begitu saja?" lagi, lawan bicaranya menyelidik.

"Ditabrak orang," sahutnya ketus.

"Siapa? Kamu kenal?" kali ini Weynie bertanya dengan kepala menoleh singkat menghadapnya.

"Andai aku kenal, tapi kenyataannya tidak. Ia bahkan tak meminta maaf sama sekali setelah membuatku luluran dengan lumpur got!" omel Brian kesal. Namun andai ia tahu, Weynie saat ini tengah mengulum senyuman untuk menahan tawanya.

The Pacifier ✔ [Banginho] Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon