BAB 1

1.9K 331 347
                                    

"Sudah berusaha, tapi masih tidak dianggap."

***

Lagi dan lagi.

Samuel menemukan secarik note di mejanya. Ia langsung membuang note itu sembarangan. Sudah satu tahun Samuel mendapatkan note dari cewek itu.

Cewek itu sama sekali tidak lelah menganggu Samuel dengan note-notenya. Samuel sendiri tidak pernah mambaca note itu. Terlalu malas membaca rentetan huruf-huruf yang tulisannya seperti anak TK. Sama sekali tidak rapih.

Berulang kali, Samuel membuang note-note itu. Ia bosan. Setiap hari. Setiap pagi. Note-note itu sering ada di meja, loker, dan tempat-tempat yang sering Samuel kunjungi di sekolah.

Samuel mendengus. Ia kemudian duduk di kursi pojok tempatnya. Lalu, menyumpal telingannya dengan earphone.

Kelas masih sepi, baru ada beberapa orang yang sudah datang. Samuel sendiri sengaja datang pagi, bukan dia ingin bertemu dengan cewek itu. Ia memang sering datang pagi.

Adrian, teman sebangkunya mengambil note yang barusan Samuel buang. Adrian tertawa geli membacanya.

Kanna Asryinta
Selamat pagi Kak Uel, semangat belajarnya ya!♡

Adrian berjalan ke arah bangkunya dengan Samuel. Ia masih terkekeh geli. Tanpa ditanya, Samuel sudah tahu apa yang menyebabkan teman sebangkunya ini terkekeh.

Samuel mendengus. Adrian masih terkekeh. Ia cukup geli dengan panggilan yang cewek itu berikan kepada Samuel. Nama panggilan kecil Samuel.

Hanya Adrian dan orang-orang terdekatnya saja yang tau panggilan Samuel. Samuel sendiri tidak menyukai panggilan masa kecilnya. Kenapa juga keluarganya memanggil ia Uel?

Adrian duduk di bangkunya. "Selamat pagi, Uel," goda Adrian.

Samuel tidak mendengarnya. Ia masih menyumpal telingannya menggunakan earphone. Adrian tidak mengetahui.

"Kenapa sih lo gak terima tuh cewek?" tanya Adrian. Masih belum menyadari Samuel tidak mendengarnya. "Dia cantik, ralat. Dia manis. Apa yang kurang coba?"

Adrian menopong dagunya. Ia membayangkan wajah manis Kanna, adik kelasnya sekaligus orang yang menyukai Samuel.

Adrian begitu menyesali wajahnya yang tidak setampan Samuel. Andai saja wajahnya setampan Samuel, semua perempuan di SMA Garuda pasti mengejar-ngejarnya.

"Kenapa muka gue jelek sih, Sam?" tanyanya. "Sam, Sam?" panggil Adrian berkali-kali.

Adrian baru menyadari, ada earphone yang menyumpal telinga Samuel. Dengan kesal, Adrian menarik earphone.

Samuel berdecak kesal, "Pansih?"

"Gue dari tadi ngomong, dan lo gak denger?" tanya Adrian kesal.

Dengan santai, Samuel mengangguk. Adrian berdecak. Ia mengusap dadanya. "Gue mah sabar, Sam, sabar," ucapnya dramatis. Samuel memutar bola matanya.

Bel tanda masuk berbunyi. Samuel mengeluarkan peralatan tulisnya. Adrian mendekat ke arahnya. "Bolos yuk?" ajak Adrian. "Males banget gue."
Samuel tidak menangapi ucapan Adrian. Ia fokus mendengarkan materi yang dijelaskan guru. Adrian berdecak.

"Sok rajin," cibir Adrian.

***

Sejak dari tadi, Kanna mengerutu guru yang menjelaskan di depan. Ia sudah tidak sabar bertemu dengan Samuel. Berkali-kali Kanna melirik jam dinding. Padahal dia punya jam tangan.

TENEBRIS Where stories live. Discover now