SATU

148K 4.8K 154
                                    

*Terdapat adegan yang tidak patut ditiru.

"Jangan sok rajin."

Tangan putih dengan jari-jari lentik itu menarik kuat rambut hitam panjang milik Ratih. Kepala Ratih terdongak, menampilkan wajah takut dihiasi air mata yang mengalir bebas di kedua pipinya.

"Sa-sa-sakit." Ratih meringis, merasa tarikan di rambutnya semakin kuat.

Cewek pemilik nama lengkap Kania Yujian itu tersenyum tipis penuh kesinisan. Lima cewek lainnya tertawa memandangi wajah tak berdaya yang ditunjukkan Ratih. Dengan kasar dan tanpa perasaan, Kania membenturkan kepala Ratih ke meja hingga mengakibatkan kulit di kening Ratih memerah.

"Gitu doang nangis, cengeng banget lo," ucap Selena, salah satu teman Kania. Tangannya melepas alat bantu dengar yang dipakai Ratih. "Udah miskin, budek lagi. Ngenes banget ya hidup lo, mending mati aja sana."

"Ba-ba-balikin." Ratih berusaha meraih alat bantu dengarnya yang dibawa Selena.

"Ba-ba-balikin," ulang Alci dengan nada mengejek. "Ngomong yang bener!" Alci menoyor kepala Ratih. "Heran gue, betah banget lo hidup. Udah miskin, budek, kampungan, jelek lagi."

Yang bisa Ratih lakukan hanya menangis sambil diam-diam berharap guru lewat di depan kelasnya. Sekarang, tangan kanan dan kirinya dipegang oleh Alin dan Erna, rambutnya dijambak oleh Lidya, dan di depannya ada Kania, Selena dan Alci yang selalu melakukan tindakan kasar terhadapnya.

Sambil tertawa, Selena memasang kembali alat bantu dengar ke telinga Ratih. "Gue balikin, nih. Gue mah suka kasian sama cewek budek kayak lo." Tangannya menepuk pelan kepala Ratih, seperti seorang majikan yang menepuk kepala anjingnya.

Kania menyobek buku tulis Ratih dan mengepal kertas tersebut menjadi sebuah buntelan kertas. Ia lantas memasukan buntelan kertas itu ke dalam mulut Ratih dengan paksa. "Dikunyah, jangan dilepehin," pinta Kania. Raut wajahnya tidak menunjukkan sedikit simpati, malah terlihat acuh tak acuh.

Dengan air mata yang masih mengalir deras, Ratih mengunyah buntelan kertas itu dengan susah payah. Sesudahnya, ia terpaksa menelannya.

"Jangan dijambak terus rambutnya, nanti rontok, gimana?" ujar Alci. Segera, Lidya melepas jambakkannya.

Alci mengambil permen karet dari mulutnya, ia meletakan permen karet tersebut di rambut Ratih. Belum cukup sampai di sana, kali ini Selena mengambil bekal makan siang yang dibawa Ratih, lalu ia menumpahkannya tepat di atas kepala cewek culun itu.

Melihat itu, keenam cewek itu menunjukkan raut jijik.

"Iyuh, lo bawa apaan, sih? Nasi sama sambel doang? Gila, semiskin itu hidup lo?" Selena bertanya, sok heran.

Ratih merasa tak berdaya. Setiap hari inilah yang ia rasakan. Dia adalah murid yang mendapat beasiswa di SMA elit ini.  Bukannya menjadi sosok yang dihormati karena kepintarannya, Ratih justru selalu ditindas oleh enam orang teman kelasnya. Enam orang ini selalu bertindak kasar, mengatakan hal-hal yang luar biasa menyakitkan, serta yang paling parah, mereka memaksanya melakukan apapun yang mereka inginkan.

Mereka memiliki paras yang cantik seperti malaikat, namun memiliki sikap seperti iblis. Diantara keenam cewek itu, orang yang paling Ratih takuti adalah Kania Selena dan Alci. Mereka bertiga adalah yang paling bengis dibanding dengan Alin, Lidya dan Erna.

IDENTITY (END) Where stories live. Discover now