36

135 34 13
                                    

Dan tak terasa, pertengahan tahun tiba. Virtual game yang waktu itu pernah diumumkan, benar-benar akan dilaksanakan.

Seminggu sebelum pelaksanaan, semua ATCKers dikembalikan ke karantina untuk persiapan lagi. Selain mendapat pelatihan, mereka juga diberi gambaran seperti apa virtual game nantinya.

"Karena ini yang pertama kali, aku menyarankan pada kalian untuk tidak menyerang atau bahkan membunuh jika tidak terdesak," kata Profesor Choi.

"Intinya, kita hanya perlu bertahan diri selama satu hari penuh itu?" tanya Hyunjin.

Profesor Choi mengangguk, "Benar. Apalagi Heejin masih di Health Building. Kalian sudah kalah jumlah. Biarlah kalau yang lain ingin saling bunuh, tapi kalian jangan!"

Mark terdiam. Di antara mereka, hanya dia yang tahu kalau Heejin sudah sadar. Selain itu, ada Jeno dan sepertinya Chanyeol juga sudah tahu.

"Perhatikan juga sekitar kalian. Di grup para vampire, ada yang memiliki invisible power. Lalu Taeyong, aku yakin kalian sudah mengenalnya, dia memiliki black hole. Meski aku tahu kau dan Taeyong adalah kakak adik, Mark... Tapi tetaplah berjaga-jaga,"

"Apakah kau memiliki data-data para ATCKers di sini profesor?" tanya Guanlin.

"Ah iya! Aku lupa..."

Kemudian Profesor Choi mengeluarkan iPad miliknya, menekan layar itu beberapa kali, dan muncul lah layar hologram.

"Jangan katakan pada siapapun. Sebenarnya, kami tidak diperbolehkan menunjukkan ini pada kalian. Tapi aku tetap ingin kalian selamat sampai akhir, jadi..."

Haechan menatap Profesor Choi, "Astaga profesor... Aku tersentuh," katanya sambil mengusap air mata khayalan.

"Lebay lo ah!" seru Renjun.

"Hahaha... Semangat dan tetaplah bertahan! Aku akan mengirim ini pada...Guanlin? Aku bisa mempercayakan data ini padamu kan?"

Guanlin mengangguk, "Tentu saja profesor,"

"Baiklah... Ayo kita mulai latihan lagi!"

 Ayo kita mulai latihan lagi!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cklek!

Dengan cepat, Heejin menutup jurnal itu dan meletakkannya di bawah selimutnya. Ia melihat ke arah pintu masuk.

"Oh, Dokter Park..." sapanya.

Chanyeol tersenyum tipis, "Selamat pagi... Bagaimana keadaanmu?"

"Cukup baik,"

Chanyeol mengangguk dan mulai mengurus berbagai benda di ruangan itu, yang entah apa fungsinya. Heejin hanya terdiam sambil matanya mengikuti pergerakan Chanyeol.

"Kau seharusnya bilang padaku sewaktu kau sudah sadar waktu itu. Kau kan bisa keluar dari sini lebih awal..."

Heejin menggaruk tengkuknya, "Maafkan aku,"

[3-4] ATTACK's Series: AFTER ATTACK-BEFORE ATTACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang