01

144 25 1
                                    

Tahun 2010

Lee Taeyong selalu membenci dirinya sendiri. Atau lebih tepatnya, dia membenci takdir yang harus dia alami dalam hidup.

Dia benar-benar membenci hal itu, sehingga Taeyong berpikir bahwa dunia membenci kehadirannya dan memang sengaja membuatnya untuk segera pergi.

Tapi setiap saat Taeyong berusaha untuk pergi, dunia justru seakan menahannya untuk tetap tinggal dan menerima penyiksaan dari takdir.

Dan untuk anak umur 9 tahun sepertinya, itu benar-benar mengerikan.

Seakan semua itu tidak cukup, dunia kembali menyiksanya dengan menghadirkan seorang lelaki paling menyebalkan.

"Kim Doyoung. Aku Kim Doyoung,"

Sejak pertama kali mendengar nama dan suara lelaki itu, Taeyong langsung tahu bahwa dia akan membenci lelaki itu. Sama seperti dia membenci takdir.

Tapi setidaknya, kehadiran Doyoung tidak 100% merugikan baginya.

Doyoung sendiri sudah memberikan satu alasan bagi Taeyong untuk yakin bahwa dia masih harus bertahan lebih lama di dunia ini...

"Jadi lu Lee Taeyong?"

Taeyong menatap wajah angkuh dari seorang Kim Doyoung itu dengan tatapan datar. Jelas-jelas tidak menyukai kehadiran lelaki arogan ini.

"Apa urusan lu?"

Doyoung tersenyum miring, "Ternyata lu jauh lebih menyedihkan dari kata orang-orang,"

"Buat apa lu dengerin kata orang soal gue? Dan apa juga gunanya mereka ngomongin gue?"

"Nggak usah pura-pura nggak tau lu!"

Taeyong menatap Doyoung malas, seakan-seakan berkata "ya-gue-emang-beneran-nggak-tau-anjing-kok-ngeselin".

"Lee Taeyong. Anak jenius umur 9 tahun yang dulu pada umurnya yang masih 7 tahun, pernah menggemparkan dunia karena berhasil mengalahkan seorang pemain catur internasional asal Korea Selatan,"

"Oh. Trus?"

Doyoung menatap Taeyong marah, "Hooo... Lihatlah orang sombong ini. Gue nggak tau ya, harus ngatain lu pinter apa bodoh—"

"Ya gue jelas-jelas pinter sih. Jadi..."

"JANGAN MEMOTONG PEMBICARAANKU!!!"

"Dih ngambek," cibir Taeyong.

Brak!

Doyoung memukul meja yang ditempati Taeyong dengan emosi yang meledak-ledak, "Pemerintah Korea Selatan udah berniat buat ngasih lu fasilitas premium yang jelas-jelas udah jadi keinginan semua orang,"

"Mhm... Iya gue inget soal itu. Trus?"

"Tapi lu nolak semua itu! Dengan alasan bahwa orangtua lu nggak nyaman dengan semua kemewahan itu. Orangtua yang bahkan udah nggak ada lagi di kehidupan lu—"

Sret!

"AKH!"

Taeyong meraih kerah baju Doyoung dan menatap lelaki itu dengan kilatan amarah yang tampak jelas di matanya, membuat nyali Doyoung langsung ciut seketika.

"Gue udah nahan emosi sejak lu nyamperin gue dan gue bener-bener nggak bisa nahan lagi ketika lu udah nyangkut-pautin ini sama orangtua gue," gertak Taeyong dengan suara rendahnya.

Bruk!

Taeyong mendorong kerah baju Doyoung sehingga lelaki itu jatuh ke belakang dengan cukup keras.

"Apa hubungannya sama elu kalo gue nggak mau nerima fasilitas premium dari pemerintah? Apa dengan itu, trus lu bisa mati?" tanya Taeyong dingin.

Taeyong berjalan mendekati Doyoung sambil terus menatap lelaki itu tajam.

"Lu yang bilang sendiri kalo gue itu 'anak jenius' dan semua orang tau soal gue. Halah! Gue sama sekali nggak peduli sama itu semua,"

Sret!

Taeyong mencengkram dagu Doyoung kuat, "Jadi...seharusnya lu tau kalo lu udah berurusan sama orang yang salah. Iya kan?"

Set! Bruk!

Doyoung melepaskan cengkraman Taeyong pada dagunya dan mendorong kuat tubuh lelaki itu.

Dan setelahnya, ia langsung berlari menjauh, meninggalkan Taeyong yang tersenyum miring sambil menatap kepergian Doyoung.

Taeyong benar-benar mempertaruhkan sisa hidupnya dengan berani memperlakukan seorang Kim Doyoung seperti itu.

Karena keesokan harinya, seluruh sekolah benar-benar langsung membencinya. Bukan berarti sebelum insiden Doyoung ini, mereka tidak membenci Taeyong.

Hanya saja kali ini lebih parah. Guru-guru memberikan nilai terburuk baginya di setiap pelajaran, teman sekolahnya membully dirinya tanpa henti, dan bahkan satpam di gerbang sekolahnya pun tidak akan membukakan gerbang baginya.

Tapi tak apalah.

...dan satu alasan itu adalah, bahwa dia masih harus menunjukkan pada mereka semua, siapa yang berkuasa di sini.

dan satu alasan itu adalah, bahwa dia masih harus menunjukkan pada mereka semua, siapa yang berkuasa di sini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebuah kebetulan, bahwa tanggal start dari AFTER ATTACK dan BEFORE ATTACK itu sama persis. Hanya tahunnya saja yang berbeda :3

 Hanya tahunnya saja yang berbeda :3

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hehe

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hehe... Bukan teori kok bukannn :( ini beneran author baru nyadar tadi wkwk

Udah satu tahun aja anjai widih

Thx for ur support, jaga kesehatan, and be happy always~

[3-4] ATTACK's Series: AFTER ATTACK-BEFORE ATTACKWhere stories live. Discover now