19

249 51 6
                                    

"Weh! Dingin bangsat! JEON HEEJIN!!!"

Seketika seluruh penghuni kamar itu terbangun setelah mendengar teriakan ribut dari seorang Huang Renjun.

Dan bersamaan dengan itu, hawa dingin langsung menusuk ke permukaan kulit mereka.

Hanya ada satu orang yang tampaknya sama sekali tidak terusik dengan itu semua, Jeon Heejin.

"Apa ini? Salju?! Di dalam ruangan?!"

"AAAK! Es tajam ini nyaris membunuhku!!!"

"I-itu... Bangunkan Heejin... K-Kita bisa beku nanti..." kata Mark sambil menggigil.

Tapi tidak ada yang bisa beranjak dari kasur mereka. Rasanya tubuh mereka sudah kaku karena suhu yang terus turun drastis.

"C-cepetan anjir! B-badan gue udah nggak bisa gerak nih!" protes Renjun yang letak kasurnya bersebelahan dengan Heejin.

Diam-diam, Hyunjin mendecak kesal. Sekarang kah waktunya ia 'membantu' perempuan itu?

Sejujurnya Hyunjin sudah merasa jengkel sejak Profesor Choi bilang, ia dan Heejin akan menjadi 'partner' terdekat nantinya. Dikarenakan kekuatan mereka yang bisa mengontrol satu sama lain.

Kemudian ia menatap seluruh anggota grupnya yang semakin menggigil kedinginan. Tak bisa dipungkiri kalau ia juga merasakan hal yang sama.

Akhirnya, ia menghela napas pelan dan mulai menutup matanya.

Ia tidak bisa melihat prosesnya, tapi ia bisa merasakannya.

"H-Hyunjin?" kata Nakyung pelan.

Dan seluruh perhatian langsung tertuju pada Hyunjin yang seakan diselimuti cahaya merah samar itu.

"Wah... Hangat..." gumam Nakyung yang kasurnya bersebrangan dengan Hyunjin.

Kemudian Mark sadar akan sesuatu, "Kekuatan Hyunjin! Itulah kelemahan dari kekuatan Heejin. Heejin bilang kalau mereka berdua nantinya akan saling membantu!"

"Jadi... Kalian seperti soulmate begitu?" tanya Haechan dengan nada menggoda.

Meskipun ia tidak yakin Hyunjin ataupun Heejin bisa mendengarnya.

Tapi tak lama kemudian, es tajam yang muncul di langit-langit dan tembok mulai mencair. Salju yang turun pun perlahan berhenti.

Sekarang ruangan itu mulai terasa hangat. Dan bersamaan dengan itu, Heejin terbangun dari tidurnya.

"Hoaam... Jam berapa ini?"

"ENAK YA?! NGELUARIN KEKUATAN TANPA SADAR! LO NYA YANG NGGAK PAPA, GUE YANG AMBYAR SIALAN!!!" seru Renjun kesal.

Heejin mengernyitkan dahinya bingung. Tapi setelah beberapa air di lantai dan sisa-sisa salju yang turun, dia mulai sadar.

Dia terkekeh pelan, "Hehe... Maaf,"

Samar-samar terdengar gerutuan Renjun tentang Heejin yang masih bisa ber-'haha hehe' ria, sementara dia membeku.

"E-eh... Tapi kok... Jadi panas gini sih?" tanya Haechan sambil mengipas-ngipas wajahnya.

"Iya juga... Astaga, sekarang giliran Hyunjin yang tidak bisa mengendalikan kekuatannya!" seru Nakyung.

Saat Mark hendak mengeluarkan kekuatan anginnya untuk mengipasi tubuhnya, Haechan langsung mencegah lelaki itu.

Takutnya, Mark juga tidak bisa mengendalikan kekuatannya.

"Heejin! Cuman lo yang bisa bantu Hyunjin. Lakuin sesuatu kek!" seru Renjun.

[3-4] ATTACK's Series: AFTER ATTACK-BEFORE ATTACKWhere stories live. Discover now