05

89 17 9
                                    

Taeyong menatap beberapa kardus dan koper-koper yang satu persatu mulai dibawa keluar dari dalam gedung panti asuhan.

Di belakangnya ada Namjoon dan juga Wendy yang saling bicara dengan antusias soal pengadopsian ketiga anak tertua di panti asuhan mereka.

"Hanya ini saja?"

Pertanyaan dari seseorang membuat ketiganya mengalihkan pandangan ke pintu utama panti asuhan.

Di situ berdiri ibu panti, pasangan suami istri pengadopsi, dan ketiga teman mereka.

"Iya... Sekali lagi terimakasih atas kesediaan kalian. Aku harap, kalian bisa memperlakukan mereka seperti anak sendiri..." kata ibu panti.

"Tentu saja. Kami akan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap mereka,"

"Kalian sudah siap untuk melihat rumah baru kalian?" tanya sang istri.

Lay mengangguk antusias, "Tentu saja!"

"Kalau begitu, ayo kita ke mobil. Oh! Jangan lupa berpamitan kepada teman-teman kalian. Kalian masih bisa kembali ke sini kapan saja, tapi tentu saja kalian tidak bisa selalu bertemu dengan mereka kan?"

Ketiganya segera berjalan menemui Namjoon, Wendy, dan Taeyong. Mereka mengucapkan selamat tinggal dan bertukar pelukan.

Hingga akhirnya, giliran Irene untuk berhadapan dengan Taeyong.

Sejak masalah kecil waktu itu, keduanya sama sekali belum bicara satu sama lain.

"Sudah kubilang aku memberimu waktu hingga hari ini, tapi kamu sama sekali tidak melakukannya," kata Irene dingin.

Taeyong hanya terdiam. Dia sendiri menyadari bahwa dirinya salah, karena menjadi seorang pengecut yang tidak berani meluruskan masalah.

"Lupakan saja. Aku pergi,"

 Aku pergi,"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bruk!

Taeyong melempar tasnya, sebelum akhirnya melompat melewati pagar di belakang sekolah.

Sepertinya ada gunanya juga jika satpam membenci dirinya. Dia bisa semakin gesit dan lincah setiap harinya jika harus melompati pagar tinggi seperti ini.

Kringggg!!!

Mendengar bel tanda masuk yang baru saja berbunyi, Taeyong segera meraih tasnya dan melesat menuju kelasnya.

Tidak perlu takut terlambat sebenarnya. Mau dia tidak terlambat atau terlambat sekalipun, gurunya akan tetap menghukumnya untuk berdiri di depan kelas—

"Kau terlambat. Berdiri di depan kelas sampai istirahat,"

Lihat kan?

Taeyong mengangkat kedua bahunya tidak peduli dan kembali menutup pintu kelasnya.

Dia melempar tasnya ke lantai dan menyandarkan tubuhnya pada tembok.

Setelah kepergian Irene, Jisung, dan Lay kemarin, suasana panti asuhan menjadi sedikit sepi.

[3-4] ATTACK's Series: AFTER ATTACK-BEFORE ATTACKWhere stories live. Discover now