43

135 30 16
                                    

Renjun 100% yakin kalau dia sudah melangkahkan kakinya dari pinggiran atap. Dia juga sangat yakin bahwa tubuhnya sudah jatuh ke bawah.

Memang dia sempat merasakan suatu perasaan aneh di antara itu. Seperti tertarik menuju sesuatu? Entahlah, Renjun juga tidak tahu karena ia menutup matanya.

Tapi ketika dia sudah membuka matanya...kenapa dia kembali berada di atap?!

Kemudian dia mengecek sekujur tubuhnya. Masih utuh. Apa yang terjadi?!

Sret!

"HUANG RENJUN BODOH!"

Plak!

Renjun meringis pelan ketika merasakan tamparan yang tidak main-main sakitnya, mendarat pada pipi kirinya.

"KATAKAN ALASANMU KENAPA KAU MELAKUKAN ITU! CEPAT KATAKAN!"

Butuh waktu beberapa saat bagi Renjun untuk pulih dari kelinglungannya. Dia mendongak untuk melihat siapa yang baru saja menampar wajah tampannya.

"...Taeyong?"

Plak!

"Akh!"

Kali ini, tangan Renjun refleks memegang pipinya yang terasa perih. Tamparan Taeyong memang bukan main.

"APA KAU SUDAH SADAR?! APA PERLU KUTAMPAR LAGI HAH?!"

"J-jangan," jawab Renjun takut.

Taeyong berkacak pinggang kesal, "Sekarang katakan padaku, apa alasanmu melakukan hal bodoh seperti tadi? Untung saja aku melihatmu dan tepat waktu untuk menggunakan black hole,"

Jadi perasaan aneh seperti tertarik tadi, karena Taeyong menggunakan black hole padanya?

"I-itu..."

Taeyong menghela nafasnya pelan dan mengulurkan tangannya pada Renjun, "Berdiri. Kita bahas di tempat lain saja,"

Heejin berjalan menyusuri koridor Health Building

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Heejin berjalan menyusuri koridor Health Building. Ia hendak menjenguk Nakyung, setelah Chanyeol mengabarinya soal keadaan temannya itu.

Tok tok tok!

"Lee Nakyung? Bolehkah aku mas—"

Cklek!

Sret!

"Mark?"

"Bantu kami! Kami tidak tahu cara menenangkan seorang perempuan yang menangis,"

Heejin mendengus kesal dan membiarkan Mark menarik tangannya. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah Nakyung yang menangis histeris dengan menyembunyikan seluruh tubuhnya di balik selimut dan Haechan yang berusaha menenangkan perempuan itu di sampingnya.

"Lebih baik, kau jangan menyinggung soal... Ya kau tahu—her leg? Dia benar-benar sensitif soal itu sekarang," bisik Mark.

Heejin mengangguk paham dan mulai berjalan mendekati perempuan itu.

[3-4] ATTACK's Series: AFTER ATTACK-BEFORE ATTACKWhere stories live. Discover now