flight 8✈️

2.3K 283 28
                                    

See You Captain
kamu hanya pergi lebih jauh

Hari-hari kemarin rupanya masih tak jauh dari hari ini. Dama selalu datang ke bandara. Datang dengan ilusinya.

"Hati-hati Ayah." Monolognya saat pesawat sudah mengudara.

Kebiasaannya yang sedari dulu tak pernah ia lewatkan untuk mengantarkan dan menjemput kedatangan ayahnya. Lalu baru akan pergi saat pesawat yang di kemudi Tirto telah mengudara.

Di dalam mobil dengan radio yang sengaja ia putar dengan lagu galau pilihannya membuatnya sedikit meremang lagi ke masalalu. Harusnya memang lebih baik tidak ia lakukan. Namun ini lah dia. Akan hanyut dalam suasana walau hanya dengan mendengar lagu.

Empat hari ini hidupnya sedikit lenggang dan damai. Itu karena Alfan tidak lagi datang ke rumahnya. Mungkin dengan alasan jadwal penerbangannya yang cukup padat. Namun ia tetap bersyukur. Setidaknya lelaki dengan mulut cerewet itu tidak sedang mengusiknya.

Tapi, harus ia akui. Meski damai, ia merasakan sepi yang tidak ia temukan apa penyebabnya.

Meski begitu tadi matanya kalau tidak salah lihat, ia menemukan Alfan beserta rombongan dengan seragam. Mungkin mereka akan bertugas. Tapi lagi-lagi ia sangat bersyukur karna Alfan punya pekerjaan lain selain mengusiknya.

Inginku

bahagia bersama ... mu

akan ku jaga cintamu untuk selamanya

Inginku genggam erat hati mu kekasih

Oh tetaplah bersamaku hingga nanti

Alunan musik menemani perjalanannya pulang ke rumah. Sesekali ia juga turut melantunkan lirik yang ia hapal.

Seperti yang kalian tahu Dama telah berangsur lebih baik. Dari sebelumnya. Walau tak menutup kemungkinan ia akan kembali lemah saat kepingan ingatan itu kembali. Dan rasa kehilangan itu tetap ada.

---

"Dama bagaimana dengan rencana S2 mu?"

Keluarga itu tengah berkumpul di ruang tengah.  Menghabiskan setengah malam untuk bercengkrama ini juga termasuk tindakan yang mereka lakukan untuk menyembuhkan mental Dama. Mereka tidak akan mengizinkan Dama masuk kamar sebelum Dama kelelahan.

Hal ini mereka lakukan semata-mata juga untuk menjaga Dama. Karena jika ia masuk kamar lebih awal, maka bisa di pastikan ada hal buruk yang ia akan lakukan.

"Dama belum mikir itu lagi." Jawabnya.

Semua yang mendengar merasa maklum akan jawaban Dama, meski tahu lalu ia sangat menggebu-gebu untuk melanjutkan pendidikannha. Meskipun begitu, apapun akan mereka dukung dan akan mereka setujui jika memang itu pilihannya. Tidak akan memaksa, mereka coba mengerti lebih dalam.

"Eh, ngomong-ngomong Alfan belum libur ya? Tumben belum main?" Ujar Dania mencoba mencairkan suasana. Karna pada dasarnya, topik inilah yang paling memuat respon lebih banyak dari Dama.

Walau kadang ia lebih sering dengan merespon tidak suka. Namun Dania yakin, kehadiran Alfan adalah obat untuk Dama.

"Dama lebih bersyukur kalo dia ngga main." Jawabnya dengan ekspresi sebalnya.

Mereka tertawa. Yang kian membuat Dama memajukan bibirnya beberapa centi.

"Hati-hati sama ucapan loh. Siapa tahu sebenernya dalemnya kangen." Goda Dimas yang juga mendukung topik tersebut.

Dama hanya mendengus. Bingung sekaligus kesal. Bener-benar menyebalkan. Tapi disisi lain, ia juga tidak terlalu menolak apa yang dikatakan Dimas.

"Kayaknya mama bakal punya mantu baru lebih cepet." Tanti semakin saja gencar menggoda Dama yang kini sudah meringkuk memeluk lengannya.

"Apa yang kalian lakuin sama Dama, itu. NISTA!"

Benar kan yang dikatakan Dania. Dama akan lebih banyak merespon ketika itu berurusan dengan Alfan. Meski respon itu menunjukkan ketidaksukaannya, tidak masalah. Jika hanya dengan topik ini keluarga mereka bisa kembali hangat seperti dulu.

Bersambung...


Jangan lupa apa?
Jangan lupa jaga kesehatan dan cintai diri sendiri 💙

Udah vote sama komen belum?

Udah vote sama komen belum?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
 See You Captain!(END)Where stories live. Discover now