flight 38✈️

1.1K 140 16
                                    

"Dama, kamu sama Satria udah kenal lama?"

"Ngga juga hampir tiga bulan mungkin."

"Fiks! Satria emang beneran jatuh cinta sama kamu!"

"Bener, Satria ngga mungkin bisa sedekat ini sama perempuan yang notabene nya baru di kenal."

Dama yang mendengar hal tersebut seketika terdiam.

Cinta?

Bahkan ia hampir tak ingin percaya dengan adanya rasa itu. Dan satu-satunya orang yang berhasil membuatnya percaya akan cinta, kini justru membuatnya semakin tidak ingin mengenal hal itu.

Alfan. Terus saja lelaki itu yang membayanginya.

"Engga mungkinlah. Satria orangnya baik. Dan kita cuma temenan."

"Big no! Dia ngga sebaik itu, apalagi sama orang baru di kenal," ujar Tara yang di angguki Rauna.

"Dia juga ngga gampang akrab. Kita aja yang udah temenan delapan tahun, baru bisa akrab setelah dua tahun kenal dia kok. Iya kan Ra?"

"Bener banget."

Dama hanya bisa menggeleng akan sikap kedua sahabatnya.

Namun ia juga tidak bisa menampik fakta jika lelaki itu mungkin saja jatuh hati padanya. Hanya mungkin.

"Dia emang baik karena dia mau bantu aku, tanya aja coba," jelas Dama.

"Dama, coba deh buka mata buka hati. Dia itu suka sama kamu. Beneran," kekeuh Tara.

"Ngga ada yang ngga mungkin juga kan, bisa aja dia bantu kamu ya karena kamu udah punya hati dia," timpal Rauna yang nampak setuju dengan penuturan Tara.

Lagi-lagi Dama hanya diam. Entah bagaimana rasanya.

"Oke deh. Kalau mau bukti, kita tunggu itu orang malam ini telpon apa ngga. Kalau malam ini dia telpon. Fiks, kamu beneran prioritas dia."

Dalam hati Dama hanya terus berdoa agar lelaki itu tidak merealisasikan apa yang di ucapkan Tara dan Rauna.

Namun baru beberapa saat, ponsel Dama justru berdering.

"Fiks! Tebakan kita bener!" sorak Rauna yang langsung bertos ria dengan Tara di sampingnya.

Belum sempat Dama melihat siapa pemanggilnya, Rauna justru langsung mengambil alih ponselnya dan menyeret tanda hijau disana.

"Nahkan! Ngaku lo Sat. Udah seberapa kadar cinta lo buat Dama?!"

"Dasar bucin. Satria bucin!"

"Dih pake segala ngga jawab lagi."

"Dama udah gue kekepin. Pokoknya ngga boleh jawab telpon dari Satria."

Rauna dan Tara secara bergilir berbicara pada orang di sebrang yang tak kunjung juga memberi jawab pada mereka.

Dama hanya bergeming di tempat. Entah, rasanya ada sesuatu aneh yang menjalar.

"Lo sariawan apa gimana sih Sat. Silent terus dari tadi perasaan?" giliran Tara yang mengambil alih ponsel itu.

Seketika matanya melotot melihat apa yang tertera di layar gawai itu.

"Dama, maaf," cicitnya dan langsung menyerahkan ponsel itu pada pemiliknya.

Dama yang tidak mengerti pun segera mengambil ponselnya kembali.

+62822-****-****

Nomor tidak dikenal.

Bukankah ini orang Indonesia, lalu siapa yang menghubunginya di hari yang malam ini.

Antara malu dan tidak enak pada pemanggil akibat ulah Tara dan Rauna kini membaur menjadi satu.

 See You Captain!(END)Where stories live. Discover now