flight 17✈️

1.3K 206 15
                                    


Mayangsari ~ Ku Tak Baik-Baik Saja

Selamat mengarungi ceritaku!!
Silakan memutar mulmed biar fellnya dapet.


See You Captain
kamu hanya pergi lebih jauh

Kita harus beli ini." Tunjuk Alfan pada benda yang dipajang itu. Tidak peduli dengan Dama yang masih betah berada di punggungnya.

"Buku?

Entah apa tujuan Alfan hingga ia memilih membeli dua buah buku tebal dari pada benda lain yang dengan apik terpajang di bazar itu.

"Buat apa, sekolah?" Dama yang sedari tadi hanya bungkam akhirnya memilih untuk mengungkapkan pertanyaannya.

"Nanti juga tahu." Jawab Alfan yang sudah menenteng dua buku itu.

Mereka berjalan beriringan ke stand makanan yang ada.

"Suka pedes?"

Dama yang mendapat pertanyaan hanya mengangguk.

Lelah mengantre akhirnya pesanan baso bakar dengan rasa pedas itu sudah siap untuk mereka.

Duduk tenang menikmati hilir mudik pengunjung bazar, menjadi suasana tersendiri bagi Dama. Sudah lama ia tidak menikmati hal ini. Ia sadar jika ia terlalu menutup diri dari kehidupan luar saat ia kehilangan sosok yang amat berharga.

"Ini, satu untuk kamu. Dan yang ini untuk saya." Ujar Alfan sembari menyodorkan satu buah buku itu pada Dama yang nampak terkejut.

"Eh...."

"Jadikan ia teman barumu. Agar sendiri mu tidak sepi."

"Kamu janji kan, jika akan berbagi sedih mu dengan saya?"

Dama menjawab dengan mengangguk lagi.

"Saya tidak akan selalu ada bersamamu, jadi kamu bisa anggap buku ini sebagai saya. Berbagilah dengan dia juga. Suka atau sedih mu, katakanlah pada dia juga sebelum saya. Barangkali ada hal yang tidak bisa kamu ceritakan semua pada saya, buku ini bisa kamu gunakan."

Kata-kata Alfan seketika membuat Dama tersentuh. Lelaki itu, lelaki yang selama ini ia kira sangat merepotkan. Ternyata amat peduli dengannya.

"Nanti, saat kita bertemu kembali, baru saya akan membacanya. Begitu juga dengan milik saya. Kamu akan menjadi pembacanya." Suatu saat.

"Makasih, capt." Jawab Dama yang membuat Alfan tersenyum.

Entah bagaimana ia mendefinisikan perasaannya pada Dama. Ia amat menginginkan gadis itu terus baik-baik saja.

---

Hari menjelang siang. Bukannya berniat pulang, kedua manusia itu memilih untuk duduk menggelepar di bawah rindangnya pohon dengan ukuran yang amat besar. Sangat sejuk di bawahnya, hingga keduanya betah.

Kali ini Dama terlihat lebih hangat, ia lebih sering tersenyum bahkan ia tak sungkan untuk menabok Alfan saat lelaki itu mengeluarkan guyonan recehnya.

"Beneran, saya dulu memang  bandel. Orang tua saya bahkan berulang kali memindahkan saya sekolah."

"Sampai akhirnya orang tua saya kualahan dan bawa saya ke Jogja di tempat nenek. Dan nyatanya memang berhasil, sejak SMA saya sudah tidak nakal lagi."

"Dama ngga nyangka kalau capt pernah nakal."

"Ya, seperti itu."

 See You Captain!(END)Where stories live. Discover now