flight 34✈️

1.1K 189 26
                                    

Terlanjur Mencinta

Satu bulan telah berlalu, semua terasa seperti mimpi untuk Dama. Keadaannya tidak cukup untuk di katakan baik-baik saja. Dadanya selalu sakit saat memorinya dengan Alfan seolah seperti kaset yang di putar kembali.

Kenangan indah yang dulu tak pernah ia sadari saat bersamanya, kini amat ia harapkan untuk terjadi kembali barang sebentar saja. Ia menyesali waktu yang ia minta. Semuanya terasa terkabul atas waktu yang berjalan lebih cepat, pun dengan kehilangannya yang tak pernah ia inginkan, kini kembali terjadi.

Cintanya terlambat, saat semua harus berakhir sebelum di mulai. Seolah takdir selalu tak berpihak padanya yang menginginkan barang sepercik bahagia untuk waktu yang lebih lama.

Di dalam kamar yang setiap harinya menjadi saksi setiap air mata menetes, setiap malam yang tak pernah terlewat dari mimpi yang mengacaukan tidurnya. Dan setiap pagi yang tak pernah ingin di sambutnya.

Ia melamun lama, menatap kertas indah yang tertulis dua nama seseorang yang tak sengaja ia temukan di ruang kerja Dimas.

Alfantan Ariya Prakoso & Saraswati Arindia

Sebentar lagi, tinggal menghitung hari yang pastinya akan kembali berjalan cepat seperti sebelumnya. Ia akan benar-benar melepas Alfan untuk kehidupan barunya.

"Dama?" Dania datang dengan senyum untuk menyembunyikan pilunya di depan Dama.

Ia cukup tahu bagaimana kondisi Dama akhir-akhir ini. Dan itu sangatlah menyakitkan. Tanti bahkan tak lagi sanggup untuk berada di dekat Dama, seorang ibu yang turut terluka atas anaknya.

"Makan dulu yuk. Baru tidur" bujuknya yang ia yakin hanya akan mendapat tolakan.

Seperti yang ia bilang, Dama hanya menggeleng atas ajakannya, "Dama bentaran ya mbak, masih kenyang."

Dania mendekat, turut duduk di lantai yang dingin di bawah sisi ranjang.

"Dama, sampai kapan kamu akan seperti ini? Mbak tahu, kamu terluka. Tapi inilah hidup."

"Kamu percayakan pelangi datang setelah hujan? Itulah keindahan seusai tangisan. Ngga semua tentang air mata, kelak kamu akan menemukan bahagiamu."

"Tapi belum untuk sekarang. Semua akan ada waktunya masing-masing" ujar Dania yang sekarang memeluk erat tubuh Dama yang amat hancur.

Air mata tulus seorang kakak pada adik kecilnya yang selalu bergelimang luka, luruh begitu saja di pipinya. Ia tak memungkiri bahwa ia sendiri juga turut terluka melihat Dama seperti ini. Ada hal selanjutnya yang ia takuti, dan semua itu seakan di depan mata barang ia lengah sedikit pun.

Di tepuknya pelan bahu Dama, menyalurkan kekuatan yang ia miliki, "kuat ya, Dama pasti bisa. Kamu ngga akan sendiri. Semua ada buat kamu."

Dama mengangguk dalam rangkulannya, terisak lirih namun amat memilukan. Membuat hati siapapun perih di sana.

---

Hari berlalu, ini adalah harinya untuk benar-benar melepasnya. Karena mulai hari ini, yang bukan miliknya telah dimiliki orang lain.

Hari ini, sebagai hari yang ia sendiri tahu dimana Alfan akan memulai kehidupannya. Kehidupan dengan seseorang yang tak lain adalah pilihan ibunya.

Hari ini pula, adalah hari terakhirnya di Jogja. Tempat segala luka dan laranya. Ia akan pergi entah untuk sementara atau waktu yang lama. Ia hanya ingin sedikit melipur hatinya barangkali untuk sebentar waktu yang ia miliki.

"Kamu jaga diri baik-baik ya? Mama selalu doain Dama. Dama cepet pulang ya? Harus" Tanti terisak merangkul putrinya yang rapuh. Putrinya dengan luka yang menganga di dalam hatinya, yang ia sendiri pun tak kuasa.

Dama mencoba untuk kuat, ini pilihannya. Dan ia berjanji kala semua telah baik-baik saja ia akan kembali dengan segera.

"Dama jangan lupa pulang ya? Temenin mbak lahiran," Dania yang sudah seperti kakaknya sendiri pun tak kuasa menahan air matanya. Bagaimana pun, Dama seperti adiknya sendiri yang tidak boleh terluka.

"Dama pasti pulang buat kalian," ia merangkul Dania, menangis di pelukannya. Pelukan yang selalu ia dapatkan di kala rapuhnya.

"Mas, Dama titip mama ya?"

Dimas yang sedari terlihat lebih tegar pun kini turut berhambur memeluk adik perempuannya. Bagaimanapun seorang kakak pada adiknya pastinya ia selalu menginginkan hal baik dan selalu yang terbaik untuknya.

"Dama pasti pulang. ,kalian tunggu Dama pulang ya?"

Tak ada yang tak menangis apalagi melepaskan seseorang untuk pergi. Seperti itulah mereka sekarang. Namun untuk menahan pun itu juga tak bisa. Biarkan ia membuang lukanya walau dengan pergi dengan waktu yang lebih lama.


Jogja dan kamu.

Terimakasih untuk semua cerita yang entah bagaimana dulu dimulainya. Terimakasih untuk baik-baik saja walau berujung luka. Terimaksih untuk bahagia yang pernah tercipta walau kini tersisa lara.

Terimakasih,dan selamat untuk awalmu yang baru. Untuk singkatmu yang penuh makna.

Aku gadis dengan luka yang masih bernanah pamit dulu ya. Esok kan kembali saat semua sudah lebih baik dari sebelumnya.

Damalara.

Bersambung...

 See You Captain!(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang