flight 46✈️

1K 151 175
                                    

Cover -Bukan Untukku

SYC balik lagi!!!
Gimana perasaannya baca part kemarin?

Harusnya di WP udah Usai, tapi karna Mow  sayang sama kalian. Boleh lah tambah 1part ini :)

Sanggup ngga tembusin 150 komen di part ini?

Kalau sanggup Mow lanjutin lagi buat part selanjutnya. Oke?

Siap baca buat part ini?

Siapin hati kalian ya:)

~kamu hanya pergi lebih jauh~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

~kamu hanya pergi lebih jauh~

"

Dama?"

Dama menoleh dengan mata memerah ke arah Rauna yang diam bingung melihatnya.

"Una, dia," ujarnya tersenggal-senggal. Pikiran Una seketika blank, tidak dapat mencerna hal di hadapannya.

Una hendak kembali membuka suara, namun Dama pergi keluar begitu saja. Di tutupnya pintu ICU itu dengan perasaan yang amat hancur. Tubuhnya meluruh di lantai. Tangannya tak tinggal diam untuk memukuli dadanya yang sesak.

Lelaki itu, lelaki yang tak pernah luput dari kepalanya. Lelaki yang menjadi separuh dari bagian ceritanya.

Ia memang merindukannya, barang sedetik pun saja jika boleh, ia ingin kembali sekedar melihatnya. Tapi bukan ini yang ia mau. Bukan pertemuan seperti ini yang ia harapkan.

Salahkan jika ia menyalahkan tuhan yang selalu memberi rasa sakit padanya. Salahkah jika ia menyalahkan tuhan atas semua kehendaknya. Apa tidak ada cara lain untuk pertemuan ini. Kenapa harus seperti ini.

"Alfan aku mohon bertahan hiks. Tolong jangan pergi," monolognya parau.

Tangannya berulang kali memukuli kepalanya yang terasa penat. Sungguh jika dunia berpihak padanya, bisakah ia saja yang menggantikan posisi Alfan saat ini. Bisakah ia saja yang menanggung semua sakit itu.

Sedangkan di dalam. Una masih mencerna baik-baik kilasan hal yang terjadi beberapa saat lalu.  Beberapa saat kemudian ia baru bisa mengingat. Tentang Dama dan, Alfan-nya Dama.

Semua cocok. Mulai dari Alfan yang pernah menceritakan beberapa hal tentang Dama padanya dulu. Lalu Dama, yang juga menceritakan tentang Alfan.

Ia memilih beranjak dari tempatnya dan mencari Dama. Seketika pemandangan di hadapannya kini menambah rasa sakit pada Rauna.

Dama menangis terisak di atas dinginnya lantai.  Duduk dengan bertumpukan kedua kaki yang di tekuk, badannya pun bwrsandar pada dinginnya dinding rumah sakit.

"Dama," ia meraih tubuh Dama dan memeluknya.

"Una, dia Alfan. Dia Alfan," rasanya nafas Rauna tercekat di tenggorokan. Apa yang ia pikirkan benar adanya.

 See You Captain!(END)Where stories live. Discover now