flight 24✈️

1.2K 173 23
                                    

See You Captain
kamu hanya pergi lebih jauh

"Tadi bilangnya begah," sindir Dama yang hanya dibalas anggukan dari Alfan yang kini tangannya menenteng aneka makanan yang dijajakan di sepanjang jalan.

"Saya jarang makan yang begini, perut mengatakan jangan, tapi lidah mengatakan iya. Kan bingung. "Bela Alfan pada dirinya sendiri.

Perlu kalian tahu, selain cerewet Alfan itu juga banyak makan. Hal ini dibuktikan sendiri oleh Dama yang sering melakukan survey saat Alfan datang di rumah.

Tidak jarang juga camilan di piring yang disuguhkan ludes tak tersisa hanya karena masuk ke dalam perut Alfan. Kadang sampai bingung Dama membedakan antara lelaki ini memang doyan atau lapar.

"Dasar perut karet!"

Alfan pun hanya tersenyum iya-iya saja. Karena memang itulah adanya.

Keduanya memilih duduk di banku yang berada di sisi jalan. Menikmati setiap hilir mudik orang-orang dan kendaraan. Angin malam kali ini juga cukup bersahabat, tidak dingin menusuk, pas saja.

"Ini bagian kamu. Ini milik saya," Alfan sibuk membagi bagian untuk keduanya.

Pastinya dengan porsi yang tidak seimbang, Alfan banyak Dama lebih sedikit.

"Wohho, surabi ini enak banget. ..." Pujinya pada setiap makanan yang berhasil memanjakan lidahnya.

Ini sudah malam, tapi lelaki itu masih kuat makan dengan tenang tanpa memikirkan efek kekenyangan yang berlebih. Bukankah dia seorang pilot, apa tidak takut perutnya buncit seperti terisi bola dunia?

"Biasa aja kali. Kaya ngga pernah makan, tau." Dama menyindir kembali.

Namun bukan Alfan jika sampai terpancing sindiran pedas dari Dama, "memang jarang kok makan makanan seperti ini. Tapi malam ini memang nikmatnya menjadi berkali-kali lipat. Mau tau kenapa?"

"Enggak."

"Yasudah."

"Yasudah, katanya?!"

Beberapa saat semua camilan berat itu hampir ludes masuk ke dalam perut keduanya. Bedanya, hanya Alfan yang memakan rakus semuanya dan Dama memilih menikmati sambil sesekali fokus pada pemandangan dihadapannya, Alfan.

"Kamu tidak bosan lihat saya terus?" Goda Alfan yang sedari tadi merasa diperhatikan.

Dama pun berdecih, lelaki ini memang memiliki tingkat kepedean yang di atas rata-rata, "Ngga usah PD." Elaknya.

"PD itu baik loh buat kesehatan." Ujar Alfan.

"Mana ada? Jelas-jelas karena capt kepedean, jadi kelihatan jiwanya cuma separuh," cela Dama.

"Karena separuhnya lagi, di kamu."

Mendengar hal itu, entah mengapa tingkat kekesalan Dama menjadi bertambah berkali-kali lipat.

"Mana bisa begitu, ngga jelas banget."

"Kamu mau yang jelas, hm?" Goda Alfan lengkap dengan alisnya yang naik turun.

Tidak ingin lebih jauh meladeni pembicaraan absurd, Dama pun memilih diam kembali. Memang hanya ini kan yang terbaik untuknya, diam dan menjadi pendengar. Bagian bercerita biarkan saja manusia di sampingnya sekarang.

"Dama ..."

Hm...

"Saya mau curhat." Dama pun hanya mengangguk malas menanggapi. Ia tahu, ke mana arah pembicaraan Alfan.

Sudah beberapa kali, ia selalu mengatakan hal itu setiap ingin berbagi cerita tentang kisah cinta miliknya pada Dama.

Siapa lagi yang akan menjadi cerita Alfan selain perempuan beruntung itu, ah, entahlah siapa dia. Yang jelas, Alfan selalu mengatakan "meski tidak terlihat, tapi saya benar-benar mencintainya".

"Apa?" Ketus Dama namun tetap dibalas dengan senyuman terbaik yang Alfan miliki.

Sebelum bercerita, Alfan membenarkan posisinya menghadap penuh ke Dama. Yang sialnya, malah menjadi bom untuk Dama sendiri. Bagaimana tidak? Jantungnya mendadak senam di dalam sana.

"Saya tidak tahu sebenarnya perasaan apa yang dia rasakan saat bersama dengan saya. Berulang kali saya dan dia menghabiskan waktu bersama."

"Disini saya tahu, jika sebenarnya hanya saya yang merasa beruntung karena bisa berada di sekitarnya. Berulang kali saya coba kasih dia petunjuk tentang perasaan saya."

"Tapi, dia susah sekali saya tembus."

"Menurut kamu, Dama, seperti apa lagi cara yang harus saya lakukan agar dia tahu bahwa saya memiliki rasa dengannya?"

Jika yang lalu-lalu Dama hanya akan berperan menjadi pendengar, kali ini justru ia harus berperan menjadi seseorang yang seperti apa Alfan maksud.

"Berulang kali saya dan dia menghabiskan waktu bersama."

Kalimat ini justru membuat Dam sedikit ciut. Hingga dapat menyimpulkan bahwa selama ini Alfan tidak hanya datang padanya.

Lalu Dama harus bagaimana, ia sedikit muak kala mendengar cerita Alfan yang terlalu memperjuangkan wanita itu. Namun ia juga tidak bisa mengatakannya. Ia malah menjadi sedikit iri dengan wanita yang selalu menjadi cerita yang tak ada bosannya untuk Alfan ceritakan, sedangkan ia selalu berperan menjadi pendengar yang tidak bisa memberikan pendapat yang kontra seperti yang ada dalam hatinya.

"Aku engga tahu, karena aku bukan dia. Dan aku, ngga akan tahu dia ingin seperti apa." Ujar Dama dengan nada bicara meredam emosi.

Kali ini tatapan Alfan serasa masuk lebih dalam di manik matanya.

"Dia, seperti air untuk saya yang seperti kehidupan. Bukankah kehidupan selalu membutuhkan air? Saya gersang tanpa air, dan kehidupan akan mati tanpa air."

"Sedangkan, sampai saat ini saya tidak bisa mendapatkan air itu. Lalu, akan berapa lama saya dapat bertahan?" Lagi-lagi Alfan membuat Dama semakin kesal dan, sesak?

Dama yang sudah tidak bisa menahan kekesalannya memilih berdiri dan berjalan menjauh dari Alfan yang tanpa Dama tahu, ia menghela nafas lelah.

Beberapa langkah lebih jauh, Dama berhenti dan menengok ke arah Alfan yang masih berada dalam posisi duduknya, "Cari air yang lain," pungkasnya dan kembali melanjutkan langkahnya .

"Lalu, bagaimana jika air yang saya cari tidak saya dapatkan di mana pun saya mencari?!" Alfan berseru agar Dama yang semakin jauh bisa mendengar.

"Berarti bukan air lagi yang kamu butuhkan." Monolog Dama yang terus melangkahkan jauh kakinya. Dan tanpa ia sadari, setetes air mata turun ke pipi.

Ada apa ini?

Bersambung...

Tidak ada bagian-bagian romantis. Ngga bisa bikin soalnya. TAKUT ALAYYY.

 TAKUT ALAYYY

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
 See You Captain!(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang