flight 10✈️

2.2K 281 7
                                    

See You Captain
kamu hanya pergi lebih jauh


"Saya tadi tidak mandi jadi saya pakai parfum aja." Jawab Alfan dengan terkekeh yang membuat Dama mendengus. Sangat-sangat melenceng jauh dari pertanyaannya.

Tapi jika dilihat-lihat, sangat meragukan jika lelaki itu berkata 'tidak mandi' padahal ketampanannya berkali-kali lipat dari yang pernah ia lihat saat Dimas usai mandi.

Biaklah, Dama mengakuinya tampan.

"Padahal cuma tanya di mana belinya."

"Jauh. Tapi kalo mau beli bareng sama saya, nanti jadi dekat."

Hanya tatapan kesal dan jengkel yang ia dapat dari Dama.
Stop. Berbicara dengan Alfan hanya akan merusak moodnya. Kembali menjadi pendengar yang baik.

"Dama." Panggil Alfan namun Dama hanya bergumam.

"Saya sudah bekerja dua tahun di sini. Tapi kenapa kita baru bertemu sejak kejadian itu? Bahkan saya banyak dengar cerita, jika kamu sering ke sini. Tapi saya tidak pernah melihat kamu sekalipun."

"Padahal -." Ujarnya terputus.

"Apa tidak lelah berbicara sedari tadi? Tuan Alfan yang saya hormati."

Alfan menutup mulutnya rapat-rapat ketika menyadari ia yang semakin banyak bicara. Sangat aneh. Bahkan ia sadar ini sangat langka untuknya.

Dama berbalik ke arah pintu mobil membukanya lalu menutupnya dengan keras.

"Dama! Besuk saya libur! Besok saya datang, ya?!" Seru Alfan sesaat mobil itu sedikit menjauh darinya.

Memang tidak ada jawaban. Namun ia tahu penghuninya di dalam pasti mendengar.

"Sampai jumpa besok. Dama...."

---

Semalaman tidur Dama semakin tidak nyaman. Pagi pun rasanya menjemput lebih cepat. Namun kali ini ia menjadi gelisah dengan waktu.

Lalu, apa dia lupa dengan harapan yang selalu ia minta agar waktu datang lebih cepat padanya?

Ucapan Alfan semalam benar-benar tidak menyenangkan. Bahkan Dama dibuat gelisah sendiri. Apa sehebat itu, efek dari ucapkan sederhana Alfan yang amat ngawur?

"Loh udah bangun?" Tanti masuk ke dalam kamar dengan air muka yang heran.

Dama memang anak yang rajin. Namun belakang waktu ini ia menjadi sedang tidak seperti itu.

"Ada apa?" Tanyanya saat melihat Dama seperti orang linglung. Cemas pasti. Apalagi harapan tentang putrinya untuk membaik adalah harapan besar baginya.

Dama hanya menggeleng. "Ma..."

"Hm?" Tanti mengelus surai hitam Dama.

"Kalau dia datang, bilangin. Dama lagi pergi." Ujar Dama yang membuat Tanti tak tahan tersenyum, wanita paruh baya itu sudah paham sekaligus lega.

Setidaknya, ia tahu bahwa putrinya memang dalam keadaan yang baik.

"Oh, dia mau datang, ya?" Bukannya mengiyakan, Tanti justru menggodanya.

"Oke! Nanti mama bilang kalo, Dama lagi nunggu kamu di dalam!" Ujar Tanti dengan bergurau lalu segera pergi dari kamar setengah berlari. Mengabaikan penghuni kamar yang uring-uringan tidak jelas.

Sudah pukul sembilan pagi lebih namun sosok itu belum datang juga. Rupanya memang hanya omong kosong yang diucapkan, pikir Dama. Rasanya melegakan.

Namun entah mengapa, ia juga sedikit menunggu kedatangan pria itu. Bahkan pagi ini ia mandi hanya karena pria itu berkata akan datang. Aneh sekali. Padahal hari-hari biasanya ia sangat cuek dengan penampilannya.

"Nungguin siapa nih?" Dania datang dengan camilan di tangannya.

Dama mendengus lalu menyiapkan telinga agar tidak sakit karena digoda iparnya ini. Padahal ia hanya duduk anteng menikmati pagi di teras.

Betulan hanya duduk, kok. Dama sendiri yang bilang dalam hatinya.

"Tukang rambutan." Jawabnya ngawur.

Dania terkekeh, dia tahu ini hanya alasan Dama. Ia juga telah mendengar hal ini dari Tanti. Bahkan baru kali ini ia melihat Dama terlihat gelisah hanya dengan ucapan lelaki itu kemarin petang. "Bilang kalau nungguin PilGan juga ngga kena pasal, Dama." Ujar Dania gemas.

"Pilgan?" Beonya.

Dania mengangguk antusias "Pilot Ganteng!" Seru Dania berlari pelan masuk ke dalam rumah. Takut-takut, vas di meja teras akan melandas mulus di kepalanya saat Dama kesal.

Namun jauh dari yang Dania tahu, Dama justru terkikik geli saat Dania menyebut Alfan 'PilGan' walau ia sendiri tidak akan mengelak. Alfan memang tampan namun sayang, ia merupakan lelaki yang sangat menjengkelkan menurut Dama.

"Hai."

Terkejut. Dama benar-benar terkejut. Ia merutuki dirinya karena melamun. Hingga tidak sadar ada seseorang yang telah duduk di bangku sampingnya.

Ia sampai terheran melihat Alfan yang tiba-tiba sudah berada di sana. Bahkan kedatangannya tanpa tanda-tanda.

Lagi-lagi lelaki itu tersenyum. Ge'er pasti.

"Saya pikir kamu akan menolak saya temui seperti kemarin-kemarin."

"Jadi sudah berapa lama menunggu?"

Bodo amat. Dama hanya diam. Tidak ingin sedikit pun menanggapi celotehan lelaki di sampingnya.

"Hari ini cuaca cerah, ya. Mau jalan-jalan?" Tawarnya yang berhasil membuat Dama menengok.

"Ayo!" Alfan menarik pergelangan Dama tanpa persetujuan dari sang empu yang justru hanya cengo mendapati perlakuan Alfan yang seperti ini.

Mulai berani ternyata.

Bersambung...

Hoiii! Gimana part ini?
Ufah vote kan? Komen juga udah pastii?
Kalau gitu, makasih yaa💙

Jamhan lupa buat follow wattpad akuuu 🫧

Jamhan lupa buat follow wattpad akuuu 🫧

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
 See You Captain!(END)Where stories live. Discover now