flight 15✈️

1.5K 276 0
                                    

Afgan ~ Bawalah Cintaku

Waktu itu terus berlalu, tidak ada yang bisa kembali atau menghentikannya. Kita hanya akan memperbaikinya lalu mengatakan pada waktu selanjutnya.
Bahwa di waktu itu, ada saat-saat berharga.

:fassaarei


See You Captain
kamu hanya pergi lebih jauh


Sekarang untuk esok...

Seperti yang sudah-sudah, rupanya Dama memang terbiasa seperti ini. Tidak pernah ia sekalipun melewatkan pekannya untuk tidak ke bandara.

Ayahnya memang telah tiada, dan dengan perlahan ia akan mencoba menerimanya.

Pagi ini bandara sangat ramai. Entah hanya perasaan Dama saja atau memang seperti ini sebelumnya. Hilir mudik pesawat di angkasa pun seolah menyambut kedatangannya.

Cukup duduk diam dan tenang di tengah sibuknya bandara. Ia mengamati setiap incinya, memutar kembali memori indah yang pernah ia rasakan sebelum dihancurkan oleh kehilangan.

Kakinya harus kuat, bahunya harus kokoh dan hatinya harus tabah. Walau kadang ia tak mampu menopang beratnya rasa hancur yang ia dapatkan.

Depresi lalu berujung mengkonsumsi obat-obat yang entah apa fungsinya, membuat raganya terlihat lebih kurus.

Lama mengamati keadaan, tanpa sengaja matanya mendapati pemandangan di mana seseorang yang beberapa hari ini jarang muncul, tiba-tiba hadir lagi di pengelihatannya. Entah hanya ilusinya saja atau memang ini nyata.

"Dama?" Panggilan itu nyatanya mampu membuat Dama terkesiap.

Nadanya terlihat khawatir. Baru empat hari ia meninggalkan Dama, rupanya perubahan gadis itu cukup drastis dari sebelumnya.

"Ah, ya?" Dama mendongak sedikit kikuk.

"Nunggu siapa?" Alfan bertanya, pasalnya Dama tidak terlihat seperti orang yang hendak bepergian.

"Ngga nunggu siapa pun."

Alfan mengangguk mengerti. "Sudah lama? Saya baru saja mau pulang, tapi tadi saya lihat kamu. Saya kira saya cuma halu karena sering memikirkan kamu."

Entah bagaimana caranya, perkataan Alfan tersebut sedikit membuat Dama senang. Hanya sedikit.

"Dua jam." Jawab Dama sambil melirik pergelangannya.

Alfan pun turut duduk di bangku kosong sebelah Dama. Meliriknya sebentar. Ia senang masih bisa diberi kesempatan untuk bertemu dengan gadis itu. Namun hatinya lebih tersayat saat ia mendapati penampilan kacau Dama yang entah bagaimana kondisi gadis itu sebelumnya hingga seperti ini.

"Mau cerita?" Tawar Alfan pada Dama yang mendapat gelengan.

"Capt saja yang cerita." Alfan tersenyum mendengar jawaban itu. Walau ia gagal membuat Dama berbicara, setidaknya ia tidak kehilangan kesempatan untuk berbicara dengan Dama.

"Saya punya cerita seru. Mau dengar?" Dama mengangguk dengan senyum yang amat jarang ia tunjukkan akhir-akhir ini.

Alfan pun mulai bercerita dari ia yang lupa membawa celana ganti, hingga sempat keracunan kopi. Dan semuanya membuat Dama tertawa. Persis saat mereka berada di pantai. Tawa Dama yang terlihat lepas.

"Saya sudah bercerita tentang beberapa hari ini. Apa kamu juga mau bercerita tentang beberapa hari ini?"

"Beberapa hari ini saya ngga baik-baik saja. Setiap malam saya ngga bisa tidur. Kalaupun iya, harus minum obat dulu. Satu pil cuma buat Dama bisa tidur dalam dua jam. Paling engga dalam semalam, Dama harus minum tiga pil supaya bisa tidur sampe pagi."

"Kadang malah sama sekali ngga bisa tidur sama sekali."

Mendengar hal itu hati Alfan serasa tercubit. Gadis di sampingnya memang tidak baik-baik saja.

"Kadang, Dama cuma mau minta satu waktu di mana Dama bisa lagi ngerasain hidup di waktu kemarin. Tapi itu mustahil kan? Dan sekarang Dama selalu minta sama tuhan supaya waktu bisa mengantar Dama lebih cepat."

Grep.

Alfan menarik tubuh kurus Dama dalam dekapannya. Ia tidak bisa menunjukkan pada Dama tentang air matanya. Padahal gadis itu juga tengah menangis dengan balas memeluknya.

"Jangan katakan hal itu lagi." Ujar Alfan yang mengeratkan pelukannya. "Saya akan temani kamu meminta pada Tuhan untuk tak menghilangkan yang lalu, dan memperbaiki untuk esok."

"Kamu masih punya waktu, Dama. Lalukan apapun yang terbaik di waktu sekarang untuk hidup esok." Dan Dama hanya mengangguk dalam dekapannya.

Alfan menghela nafas sebentar,lalu melepaskan pelukannya pada Dama begitu juga Dama yang melepasnya."Dama, boleh kamu berjanji pada saya?"

Sambil mengusap jejak air matanya, Dama memgangguk pelan.

"Berjanjilah sama saya, untuk selalu berbagi sedihmu. Kamu hanya boleh menunjukkan itu pada saya. Dan katakan baik-baik saja pada mereka. Cukup saya yang boleh melihatmu menangis."

"Dan izinkan saya untuk mengusap air matamu."

Sekali lagi Dama mengangguk dengan air mata yang lebih deras dan seperti yang Alfan katakan. Ia akan menghapus air mata Dama.

"Terima kasih."

Bersambung...

 🤌Alfan, yang modelan kaya kamu ada di real life juga, kan?

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.


🤌Alfan, yang modelan kaya kamu ada di real life juga, kan?

Katakan iya. Lebih keras.

Aku juga mau yg kaya kamu🤌

 See You Captain!(END)Where stories live. Discover now