flight 30✈️

1.1K 169 12
                                    

Afgan ~ Bawalah Cintaku

See You Captain
kamu hanya pergi lebih jauh

Di dalam kamar dibukannya lebar-lebar jendela yang menampilkan rintik hujan yang jatuh ke bumi. Aroma tanah dan air menyatu, menghadirkan suasana damai.

Dama melamun lama, seminggu telah berganti sebulan. Namun tak ada tanda-tanda lelaki itu muncul di hadapannya. Entah dengan memberinya kabar baik atau sebaliknya. Ia pergi tanpa jejak.

Dipeluknya buku harian itu yang sudah penuh di beberapa lembarnya. Sebulan ini tidak ada cerita bahagia untuk ia bagikan. Yang ada hanya cerita lara yang ia keluhkan padanya.

Andai telinga itu kembali, pasti ia tak akan susah-susah untuk bergelut dengan kertas dan tinta.

Andai telinga itu untuknya, pasti dengan senang hati ia akan berceloteh ria.

Namun lagi-lagi ia harus mengerti. Telinga itu memang bukan untuknya, ia hanya boleh meminjam tanpa memiliki.

"Mungkin, saya akan banyak bicara saat orang lain menjadi pendengar. Tapi saya akan berubah menjadi pendengar kala orang lain berbicara."

"Apa kabar? Kalo saya baik-baik aja."

"Seharusnya kamu tidak perlu menunggu saya datang sampai seperti ini. Apa tidak dingin? Apa kamu tidak digigit nyamuk? Bukankah malam ini sangat dingin? Hm ...?"

"Saya pikir kamu akan menolak saya temui seperti kemarin-kemarin."

"Cerita pada saya, dan saya akan diam."

Secercah tentang Alfan kembali mampir di benaknya. Sebulan ini ia tidak mendapatkan kenyamanan dalam tidurnya. Ia selalu terbangun di tengah malam.

Ia menyadari bahwa ia telah kehilangan sesuatu. Dan ia sadar, ia telah kehilangan Alfan. Telinga untuk segala ceritanya, dan peluk untuk peliknya.

Andai waktu bisa mencegahnya pergi, maka ia tak akan kehilangan secepat ini.

---

"Kamu ngga keluar lagi?"

"Engga, percuma juga." Jawab Dama yang sudah duduk di meja makan.

Mengenai meja makan, Dama jadi teringat momen saat mereka makan bersama lengkap dengan tamu tak di undang. Tamu yang semula tak ia harapkan kehadirannya, kini menjadi tamu yang paling ia tunggu untuk setiap kabarnya.

Dania tahu, tentang iparnya. Walau Dama tak menceritakan, ia paham betul apa yang sedang Dama rasakan saat ini.

"Makan dulu, positif aja mungkin lagi padat." Hanya kata-kata itulah yang bisa ia ucapkan untuk memberi keyakinan pada Dama.

"Dama ngga papa kok lagian." Jelas ia berbohong.

"Telfonnya ngga aktif, mas Dimas juga bilang gitu terakhir mereka komunikasi."

Dama hanya diam menyerapi kata-kata barusan, satu-satunya akses untuk ia mengetahui kabar Alfan sudah tertutup. Dan harapannya untuk lelaki itu hanyalah semoga baik-baik saja untuk waktu yang lama.

"Kamu udah coba ke alamat rumahnya belum? Mbak tahunya dia disini sama neneknya. Kemungkinan kalau kamu mau cari di sana mungkin ada."

"Dama ngga tahu alamatnya, mbak tahu sendiri nomor telepon pun kita sama-sama ngga punya. Dama juga ngga mau ngusik hidup dia." Ujarnya yang sangat terlihat sorot kepedihan.

Ia hanya takut kecewa.

Bersambung...

Bersambung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
 See You Captain!(END)Where stories live. Discover now