flight 22 ✈️

1.2K 199 3
                                    

Tasha Boulsma ~ Merah Sejuta Luka

Ramaikan komen dan vote terbaik untuk part ini!
Tobatlah wahai siderskuu🧡
Biarkan aku mengenang kalian 🧡

See You Captain
kamu hanya pergi lebih jauh



"Segala kemungkinan itu ada, Dama."

Entah untuk berapa kali, kalimat itu terus saja berputar di otak Dama. Kalimat yang terlihat ringan namun berefek besar bagi siapa pun yang mendengar.

Benar memang segala kemungkinan itu ada. Entah kemungkinan yang baik ataukah kemungkinan yang tidak pernah diharapkan.

Bukankah semua manusia selalu menginginkan segala kemungkinan yang baik. Namun bagaimana jika kemungkinan buruk juga tidak dapat ditolak dalam kehidupan. Bukankah itu berat.

Dalam keadaan malam di dalam mobil yang sunyi, pikiran Dama mendadak gelisah. Entah apa penyebabnya. Alfan yang biasanya banyak bicara, kini lebih banyak diam. Benar-benar suasana yang tidak diharapkan.

"Kenapa?" Tanya Alfan yang tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan.

Sedangkan Dama, memilih mengalihkan pandangannya ke jendela untuk menghindari Alfan.

"Kamu kepikiran yang saya bilang tadi?"

"Saya hanya bergurau. Jangan dipikirkan."

Dama menoleh dengan sorot mata yang hampir berembun. Bagaimana bisa Alfan menganggap apa yang tadi ia katakan hanyalah gurauan.

Mobil melambat karena perjalanan telah usai.
Dan apa yang terjadi, justru di luar nalar. Bahkan Dama pun merasa bahwa ini adalah respon spontan.

"Dama?" Alfan yang semula terkesiap tidak percaya ketika Dama mencekal lengannya.

"Jangan bilang kaya tadi." Ujar Dama dengan suara yang tersenggal.

Ia menangis. Sangat aneh bukan? Apakah separah itu efek dari perkataannya.

"Bilang apa?" Masih saja sempat-sempatnya Alfan mengusilinya. Bukankah ini momen langka. Seorang Dama menangis hanya untuk hal yang dijadikan gurauan?

"Dama ngga mau orang yang Dama kenal pergi." Ujarnya dengan jujur. Hanya kenal, bukan hal yang istimewa lainnya. 

"Jangan bilang lagi." Ujarnya masih dengan menangis.

Alfan merengkuhnya yang ternyata Dama membalas. 

Antara merasa bersalah dan merasa beruntung Alfan sama sekali tidak bisa membedakannya.

Intinya, ia sangat menikmati momen ini. Lain kali, ia harus melakukannya kembali. Satu kali saja. Tapi jika menyenangkan, mungkin akan ia lakukan berkali-kali.

"Kalau saya ulangi terus?" Godanya yang semakin membuat Dama terisak pedih.

Sadar ini hal yang salah, Dama buru-buru melepas pelukannya. Matanya mengarah sinis ke Alfan yang bisa-bisanya menggoda di saat ia seperti ini.

"Terserah." Sarkas Dama dengan perasaan yang amat dongkol.

Namun tak luput, atas perasaan takut. Takut semua rasa pahit kehilangan yang telah ia coba telan dengan paksa, akan kembali terulang.

Alfan mengarahkan tangannya di kepala Dama. Mengelusnya pelan, hingga sang empu mematung di tempat tanpa Alfan sadari.

"Dama, saya mengatakan itu hanya untuk memperkuat hatimu. Sesakit dan sepahit apapun rasanya kehilangan, itu pasti akan menghampiri. Entah dikehidupan sekarang, atau esok."

"Jika kamu tidak menghampirinya, maka ia yang akan menghampirimu. Itulah keadaanya."

Bersambung...


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
 See You Captain!(END)Where stories live. Discover now