13. Her Penthouse

15.8K 2.1K 846
                                    

Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang. Masih pukul tujuh malam, dan ini untuk pertama kalinya Lisa pulang cepat. Dia benar-benar tak habis pikir dengan Jennie yang pergi menemuinya ketika sedang sakit. Untung saja kakaknya itu pergi menggunakan sopir.

"Jisoo Unnie memberitahu jika kau bilang makanan buatanku tak enak. Tapi kenapa wadahnya kosong?" mendengar pertanyaan itu, Lisa menoleh pada Jennie sejenak.

"Aku hanya menghargaimu."

Jennie mencibir Lisa. Adiknya memiliki gengsi yang amat tinggi. Lihat saja, Jennie berjanji akan menghilangkan kegengsian Lisa yang menyebalkan itu.

Tak ingin bersuara lagi, Jennie memilih menikmati jalanan kota Seoul di malam hari. Dan setelah hampir sampai, Jennie bahkan baru sadar jika Lisa akan mengantarkannya ke mansion.

"Kita akan ke mansion?"

"Aku hanya mengantarmu." Sahut Lisa datar sembari mengijak pedal rem ketika lampu lalu lintas berwarna merah.

"Tinggallah sebentar di mansion untuk makan malam. Eomma dan Appa sedang mengadakan makan malam keluarga." Mendengar itu Lisa sama sekali tak tertarik.

"Kau tidak memeriksa ponselmu ya?" tanya Jennie karena sepertinya Lisa tak mengetahui perihal makan malam itu. Tidak mungkin juga jika orang tua mereka tak mengundang Lisa.

"Ponselku mati." Jawaban Lisa membuat Jennie mengangguk paham.

"Mampirlah, hm? Disana ada Suzy Unnie, Paman Ahn, Bibi Cha, Bibi Go---"

"M-Mwo? M-Maksudmu... Bibi Sohee?" Lisa memotong ucapan Jennie dengan suara terbata.

"Nde, wae?"

Lisa menggeleng, kembali menginjak pedal gas ketika lampu lalu lintas sudah berubah warna. Sampai akhirnya dia memilih mengubah arah laju mobilnya.

Gadis itu tak akan bisa pergi ke mansion. Sesampainya disana, pasti dia akan ditahan untuk tak pergi. Lisa tentu tak mau itu terjadi. Dia tak sudi berada di satu atap bersama Sohee dan Kijoon.

"Beritahu alamat apartementmu. Aku akan mengatarmu kesana saja," ujar Lisa yang tanpa sadar tangannya sedang bergerak gelisah di kemudi mobil. Mendengar nama Paman dan Bibinya membuat hati Lisa tak tenang.

"Ya! Disana tak ada orang, dan aku sedang sakit. Kau tega sekali," ucap Jennie mendramatis.

Lisa mendesis. Dia sungguh kesal karena berada di situasi seperti ini. Kakaknya dengan baik memanfaatkan sakitnya untuk mendekati Lisa. Tapi walau Lisa tahu, dia tak bisa mengabaikannya begitu saja. Jennie tetap kakak kandungnya. Jika dia sakit, Lisa tentu merasa khawatir. Walau tak terlihat sama sekali.

"Aku akan membawamu ke apartementku. Diamlah."

Jennie menggigit bibir bawahnya menahan senyuman. Tidak ada yang lebih baik dibandingkan saat-saat seperti ini. Dia akan satu atap bersama adiknya malam ini. Hal yang Jennie tunggu sedari dulu.

"Terima kasih, Tuhan. Karena telah memberikanku sakit." Jennie menggumam dalam hati. Lalu tak lama, dia tertidur karena kepala yang benar-benar terasa pusing.

Setengah jam berlalu, mobil Lisa sudah memasuki parkiran basement gedung apartement elite itu. Menoleh kesamping, Lisa mendesah keras.

"Ini memang hari tersialmu, Ahn Lisa." Lisa menggumam, hendak membangunkan Jennie tapi tangannya seakan tak mampu melakukan itu. Dia tiba-tiba merasa tak tega, entah kenapa.

Menghela napas, Lisa keluar dari mobilnya terlebih dahulu. Kemudian berjalan ke sisi lain mobilnya. Membuka pintu, dan melepas seatbelt yang Jennie kenakan.

Lampyridae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang