53. Laugh

15K 2.1K 915
                                    

Sejak selesai melakukan proses radioterapi tadi, Jisoo hanya diam tanpa bicara apa pun. Semua pengobatan kanker, pasti ada saja efek sampingnya. Lisa berusaha memberi pemahanan pada ibu dan kakaknya yang bertanya-tanya mengapa sikap Jisoo berubah sejak tadi.

Lisa juga tidak pernah pergi dari sisi Jisoo. Dia selalu menggenggam tangan sang kakak sembari duduk di samping ranjangnya.

Ini sudah beberapa jam sejak Jisoo kembali ke ruang rawatnya. Sebenarnya gadis itu ingin pergi dari sana karena merasa kepalanya terkadang berdenyut tak nyaman. Tapi melihat Jisoo yang begitu letih, Lisa tidak tega.

Suara pintu ruangan terbuka. Tampaklah seorang perawat membawa beberapa makan siang untuk Jisoo.

"Unnie, kau ingin bubur atau sup?" tanya Lisa setelah nampan berisi makanan itu sudah ada di tangannya.

"Aku tidak lapar," jawab Jisoo seadanya.

Entah mengapa, suasana hati gadis itu berubah drastis sejak selesai melakukan radioterapi. Pikirannya terkadang melayang jauh, hingga membuatnya sering termenung sendiri.

"Kau harus makan. Aku suapi, hm?" Lisa mulai meraih satu bangkuk bubur dan beranjak berdiri untuk menyuapi Jisoo.

"Aku tidak lapar Lisa." Jisoo menghidar dari sendok yang hendak masuk ke dalam mulutnya. Dia memang benar-benar tidak selera.

"Jika kau tidak makan, kau akan lemas. Sedikit saja, eoh?" Lisa kembali menyodorkan sesedok bubur pada Jisoo.

Kali ini, entah amarah dari mana Jisoo yang murka mendorong dengan sekuat tenaga tubuh adiknya hingga tersungkur ke lantai.

Prang~

"Aku bilang tidak lapar!" Bentak Jisoo marah.

Semuanya terkejut melihat perilaku Jisoo pada Lisa. Jennie dan Rosé segera menghampiri adik bungsunya, sedangkan Hyesun tampak mengusap bahu Jisoo agar emosinya berkurang.

Ingin membantu Lisa berdiri, namun kedua Ahn itu mengernyit karena Lisa justru mengerjab beberapa kali dengan tangan mulai menyentuh kepalanya.

Dunia gadis berponi itu kini berputar hebat. Kepalanya tentu merasa sangat pusing dengan itu. Dia berusaha menghilangkannya, tapi lama kelamaan semakin menjadi.

"Lisa-ya, gwenchana?" Jennie berujar dengan khawatir, tapi Lisa tak bisa mendengar suara kakaknya dengan jelas. Telinga gadis itu berdengung.

Mendengar Jennie yang bertanya tantang keadaan Lisa, Jisoo segera mengalihkan pandangannya. Kedua mata sulung Ahn itu bergetar karena tampaknya dia mulai sadar akan kesalahannya.

"L-Lisa," lirih Jisoo yang cukup terkejut karena dirinya sendiri.

"Ya! Lisa! Kau bisa mendengar Unnie kan?" Jennie menepuk pipi adiknya pelan. Tapi Lisa masih saja tak merespon.

Hingga tubuh bungsu Ahn itu mulai lunglai dan tak sadarkan diri, Rosé mau pun Jennie semakin dilanda rasa panik.

"Lisa!"

Rosé berteriak nyaring, berusaha menyadarkan Lisa dari pingsannya. Sedangkan Jennie berlari keluar dan kembali lagi bersama beberapa perawat.

Mereka membawa tubuh Lisa keluar dari sana diikuti oleh Jennie dan Rosé. Sedangkan Jisoo tampak mematung di tempat tidurnya. Perlahan, air matanya mengalir.

"A-Apa yang telah ku lakukan?" Gadis berambut cokekat itu memandang kedua tangannya sendiri.

Dia telah melukai adik kesayangannya. Jisoo benar-benar tak bisa mengendalikan amarahnya sejenak tadi. Dia seakan menjadi buta dan mendorong Lisa hingga jatuh.

Lampyridae ✔Where stories live. Discover now