45. Envelope

12.4K 2.1K 537
                                    

Pagi itu sebenarnya kepala Lisa sangat sakit. Tapi dia memaksakan diri untuk meninggalkan mansion lebih awal dan membuat janji untuk bertemu dengan Suzy di ruangannya.

Kini mereka sudah duduk di sofa ruang kerja Lisa. Bersama dua kopi hitam dengan rasa berbeda. Satu pahit, dan satu manis.

"Bagaimana jika kau melakukan Deep Brain Stimulation yang kusarankan seperti waktu itu?" tawar Suzy pada Lisa.

Tadi mereka sudah membahas mengenai Jisoo dan operasinya. Lisa tak mungkin membiarkan sang kakak dalam bahaya, maka dari itu dia meminta saran kepada Suzy. Kakak sepupu sekaligus dokternya.

"Jika Jisoo Unnie harus menungguku melakukan operasi dan pemulihan, pasti kanker itu semakin berkembang. Kau tahu kan kita tak dapat memprediksi penyakitnya bergerak secepat apa," ucap Lisa yang membuat Suzy mengangguk setuju.

Suasana di dalam ruangan itu hening. Suzy sibuk memikirkan bagaimana caranya menghilangkan tremor Lisa agar gadis berponi itu mampu melakukan operasi pada Jisoo.

"Bisakah kau racikan obat lain? Obat yang kau berikan sekarang tidak berefek apa-apa." Lisa memberitahu dengan menunjuk beberapa obat di meja kerjanya.

Dalam diam, Suzy semakin khawatir dengan Lisa. Selain penyakit Jisoo yang mengganas, rupanya penyakit Lisa pun sama cepatnya untuk berkembang.

Tidak ada yang bisa menyembuhkan Lisa. Obat-obatan tak akan membantu. Dan beberapa terapi pun hanya bisa menahan sedikit gejalanya. Lisa pasti akan semakin kesulitan setiap harinya.

"Aku akan meracikkanmu obat. Tidak ada cara lain. Lakukanlah operasi itu pada Jisoo sebelum semuanya terlambat. Kankernya masih bisa kau kendalikan, dan harapan hidup Jisoo masih tinggi." Suzy berkata dengan yakin.

Melihat hasil pemeriksaan Jisoo tadi, kankernya memang sulit untuk di jangkau. Tapi kanker itu masih belum menyebar ke organ lain. Setidaknya jika operasi itu berhasil, Jisoo akan sembuh.

"Aku akan memeriksanya sekarang. Pastikan obat itu bisa membantuku, Unnie." Lisa bangkit dari duduknya. Meninggalkan Suzy sendiri di ruangan itu.

...........

Di ruang rawat inap itu hanya ada Rosé yang menjaga Jisoo, dan juga Joohyuk yang sedang memeriksa kondisi Jisoo pagi ini.

Hyesun dan Jaehyun sedang pergi ke cafeterian untuk membeli sarapan. Sedangkan Jennie kemarin pamit untuk pulang dan menemani Lisa di mansion. Tanpa mereka tahu jika sebenarnya Jennie menjadi penguntit Lisa.

Tapi anak kedua Ahn Jaehyun itu sempat mengirimkan Rosé pesan singkat jika Lisa tadi malam mabuk untuk kedua kalinya karena hal yang sama. Yaitu Jisoo.

Rosé tidak memberi tahu kakak sulungnya. Jisoo pasti akan merasa bersalah dan berakhir menjadi sedih nantinya.

Sembari menunggu Joohyuk yang memeriksa sang kakak, Rosé dengan bosan melihat-lihat kertas hasil pemeriksaan sang kakak kemarin.

Di dalam map itu terdapat satu buah hasik rongen, beberapa kertas putih, dan satu amplop putih dengan garis hijau dan logo rumah sakit.

Tertarik dengan amplop itu, Rosé meraihnya. Dia pernah melihat amplop yang serupa di meja kertas Lisa pada perpustakaan mansion.

Rosè membukanya, dan itu berisi tentang diagnonis penyakit sang kakak. Sampai sekarang, sulit sekali untuk Rosé percaya jika sang kakak tengah mengidap kanker.

Gadis itu menghela napas. Pandangannya beralih pada Joohyuk yang tampak fokus menggunakan stetoskopnya. Sampai ketika mata Rosé menangkap sebuah amplop dengan logo rumah sakit yang sama namun warna garis yang berbeda dengan milik sang kakak.

Lampyridae ✔Where stories live. Discover now