36. Conjecture

17.4K 2.2K 1K
                                    

Lisa baru saja berusaha memejamkan matanya di atas kursi kerjanya, ketika tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka secara kasar. Salahkan dirinya sendiri yang lupa untuk mengunci pintu.

Tubuh Lisa menegak melihat kedatangan Suzy. Tapi tidak seperti biasanya, karena wajah kakak sepupu Lisa itu tampak panik.

"Donghyuk bilang kau menjatuhkan scalpel di ruang operasi. Kau tak apa?"

Suzy sebenarnya baru saja bertemu dengan Donghyuk di dekat vending machine. Lelaki yang berstatus sebagai juniornya itu memberitahukan apa yang terjadi pada Lisa di ruang operasi.

Walau mereka sudah terpisah cukup lama, Suzy sangat mengenal Lisa. Gadis itu bukanlah Dokter yang ceroboh. Lisa tak mungkin melakukan kesalahan kecil itu tanpa sebab.

"Itu hanya masalah kecil. Kenapa dia jadi membesar-besarkannya?" desis Lisa kesal. Berharap Donghyuk tak menyebarkan hal kecil itu ke seluruh rumah sakit.

"Lisa-ya, katakan padaku apa yang terjadi padamu. Kita melakukan pemeriksaan sekarang, eoh?" Suzy menarik tangan kanan Lisa yang tidak lagi mengalami tremor. Entah bagaimana jadinya jika Suzy melihat apa yang terjadi pada tangan Lisa.

"Tidak perlu. Aku baik-baik saja."

Gadis berponi itu kembali menarik tangannya menjauh. Suzy adalah orang yang paling dia hindari. Bahkan dia berusaha dengan keras menyembunyikan kegugupannya.

"Aku harus ke ruang konsultasi. Ada beberapa pasien yang dijadwalkan bertemu denganku sekarang." Lisa beranjak, meraih jubah putih dan memakainya.

"Pintunya ingin ku kunci. Kau tak ingin keluar?"

Suzy menatap pada sosok Lisa yang sudah berdiri di ambang pintu. Memilih pasrah, akhirnya gadis itu ikut keluar bersama Lisa. Membawa kekhawatirannya yang tak bisa terjawab.

...........

Hidup Lisa menjadi tidak tenang semenjak kemarin malam. Pikiran-pikiran buruk selalu menghantuinya. Padahal Lisa sudah berusaha untuk mengenyahkan semua itu.

Lampu di kamar itu sudah mati. Hanya tersisa lampu meja yang menyala dengan temaram. Tapi sampai saat ini, Lisa belum bisa memejamkan matanya. Padahal dia sudah memposisikan diri untuk berbaring sejak dua jam lalu.

Suara pintu kamar terbuka memecah keheningan yang ada. Lisa tidak tahu siapa yang masuk karena posisinya sedang membelakangi pintu. Dia juga tak berniat melihat siapa seseorang itu.

Tak ada suara apa pun yang dikeluarkan oleh seseorang itu. Tapi Lisa merasa jika orang itu baru saja menaiki ranjangnya dengan perlahan. Lalu tak lama, ada tangan yang melingkar di perutnya.

Lisa meremas selimutnya erat. Dia tahu siapa yang datang, karena aromanya sudah begitu dia hafal. Dan ketahuilah, gadis itu sedang berperang dengan batinnya sendiri sekarang.

Sampai akhirnya, dia memilih kalah. Mulai merubah posisinya hingga menghadap pada Jennie. Membalas pelukan sang kakak lalu menenggelamkan wajahnya di leher Jennie.

"Kau belum tidur?" suara kakaknya sangat lembut. Inilah yang Lisa butuhkan sekarang. Ketenangan yang tak akan bisa dia dapat dari siapa pun kecuali dari ketiga kakaknya.

"Hm." Lisa bergumam, berusaha terhanyut dengan kehangatan yang melekat pada Jennie.

"Ingin kunyanyikan sebuah lagu?"

Jennie ingat. Selain usapan pada kepalanya, hal yang membuat Lisa bisa tertidur tenang adalah nyanyian dari salah satu kakaknya. Beruntung karena gadis itu karena memiliki ketiga kakak yang pandai bernyanyi.

Lampyridae ✔Where stories live. Discover now