4. Home

18K 2.4K 669
                                    

Jadwalnya hari ini benar-benar menggila. Rosé harus bangun pukul tiga pagi, bersiap-siap untuk syuting pada salah satu variety show terkenal di Korea Selatan. Setelah itu dia harus berlanjut melakukan promosi di radio. Sampai pukul empat sore ini, Rosé baru selesai melakukan promosi di acara musik.

Wajahnya sudah lesu saat memasuki ruangan tempat dimana seluruh staff agensinya menunggu. Dia duduk di salah satu kursi depan meja rias. Membiarkan Make Up Artistnya membersihkan riasan yang seakan begitu berat.

"Oppa, perutku sakit. Bisa kau ambilkan obat magh milikku di tas?" pinta Rosé pada Managernya.

"Pasti karena kau melewatkan sarapan dan makan siang." Lelaki berusia tiga puluh empat tahun itu menggerutu sembari mencari apa yang Rosé butuhkan.

Tapi sampai beberapa menit berlalu, dia tak menemukan tabung obat yang biasa Rosé konsumsi untuk maghnya. Lelaki itu mulai panik. Jika Rosé jatuh sakit, pasti dia yang akan dimarahi oleh Tuan besar Ahn.

Masih melekat di ingatan Jung Haewook kejadian dua tahun silam. Saat itu Rosé pingsan karena maghnya kambuh. Lelaki itu harus menerima amarah Ahn Jaehyun sampai telinganya panas. Bukan sakit fisik yang Haewook terima. Tapi hatinya cukup sakit karena ucapan Ahn Jaehyun begitu menusuk.

"Tidak ada, Rosé-ya. Apa kau yakin sudah memasukkannya?"

Dengan mata memerah menahan sakit, Rosé menoleh kepada Managernya. Menatap tas cokelat yang kini ada di genggaman lelaki itu. Setelah sadar akan sesuatu, Rosé mendesah kesal.

Dia salah membawa tas karena terlalu terburu-buru. Tadi malam dia tidur di mansion orang tuanya. Tapi harus kembalin ke apartement pada pukul tiga pagi karena harus menyiapkan barang-baranya yang sama sekali belum Rosé persiapkan.

"Makanlah ini dulu. Oppa akan meminta obat di ruang kesehatan," Haewook meletakkan satu box makanan di pangkuan Rosé. Hendak pergi namun suara staff lain menghentikannya.

"Lebih baik kau bawa ke rumah sakit. Lihat, wajahnya sudah sangat pucat."

Haewook memejamkan matanya erat, sebelum akhirnya memilih memapah Rosé yang sudah merasa begitu lemas. Membawa gadis berambut blonde itu menuju mobil van yang sudah terparkir di basement gedung.

"Kau bisa menahannya kan? Rumah sakit ayahmu agak jauh dari sini," ujar Haewook setelah berada di bangku kemudi. Menatap khawatir Rosé yang sudah menggeliat kesakitan di sampingnya.

"Kau ingin aku mati? Bawa saja ke rumah sakit terdekat!" Seru Rosé kesal. Dia sudah sangat kesakitan. Mana mungkin memikirkan rumah sakit mana yang harus mereka datangi.

Haewook mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi. Sebelah tangan lelaki itu bergerak menyalakan petunjuk arah pada ponselnya untuk menunjukkan jalan menuju rumah sakit terdekat.

..........

Banyak orang menyangka, kesuksesan yang Jisoo raih adalah karena orang tuanya. Tapi nyatanya, Jisoo berdiri pada titik ini adalah hasil dari kerja kerasnya sendiri.

Dulu, Jisoo diberi pilihan oleh Ahn Jaehyun ketika sudah lulus dari Universitas. Memilih perusahaan Artificial Intelligence naungannya yang masih berada dalam kejayaan, atau perusahaan kosmetik yang hampir gulung tikar.

Tanpa ragu, Jisoo lebih memilih anak perusahaan sang ayah yang berjalan di bidang kosmetik. Mengurus perusahaan yang hampir gulung tikar tentu lebih sulit dibandingkan membangun sebuah perusahaan dari nol.

Dalam waktu lima tahun, Jisoo kembali membangkitkan perusahaan itu. Dia bisa menyelesaikan masalahnya dengan mudah. Hal itu tentu membuat Ahn Jaehyun bangga pada putri sulungnya.

Lampyridae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang