26. Regret

16.3K 2.1K 1.1K
                                    

Menajdi pintar, bukan berarti semua orang dapat menerima. Terkadang, justru dia dikucilkan, atau dipandang remeh. Dan Lisa merasakannya. Selama hidup, ada saja yang seakan membencinya karena kepintaran gadis berponi itu.

Dunia kejam. Lisa tahu, maka dari itu dia berusaha membuktikan dirinya jika dia memang mampu. Daei satu tempat ketempat lainnya, semua memandang Lisa berbeda. Ada kalanya dia dijunjung, ada kalanya juga dia dijatuhkan.

Karena Dokter Byun merasa tak berhak memecat Lisa setelah ucapan Jisoo, pria itu menugaskan Lisa untuk menangani UGD. Dan sial untuknya, kali ini UGD begitu ramai. Terlebih pada pasien dengan luka traumatik.

"Bukankah aku menyuruhmu untuk melakukan operasi pada pasien kanker hati tadi? Kenapa sudah kembali ke UGD?" Dojter Byun datang dengan wajah tak menyenangkan.

Lisa yang sedang melihat beberapa hasil laporan pasien di komputer meja perawat jaga segera menoleh.
"Aku sudah menyelesaikannya."

Dahi Dokter Byun tampak mengerut. Merasa tidak percaya jika Lisa telah menyelesaikan operasi rumit dengan waktu singkat. Semua Dokter disana memang genius. Tapi tak ada yang bisa secepat Lisa.

"Jam tiga nanti kau ada operasi lagi kan? Aku akan melihatnya. Jika terjadi kesalahan, kau akan dapat hukuman dariku." Lelaki bernama lengkap Byun Yongdae itu meninggalkan Lisa dengan sebuah peringatan.

Lisa terkekeh saja. Dia bukan orang yang mudah takut. Tentu saja karena rasa takutnya sudah habis direnggut Paman dan Bibinya beberapa tahun silam.

"Dokter Ahn, hasil rongen dari pasien luka tusuk tadi sudah keluar." Seorang Dokter residen menghampiri Lisa dan memberitahunya.

Gadis itu mengangguk. Mulai kembali menatap layar komputer di hadapannya. Namun pandangan gadis berponi itu mendadak kabur. Dia memang nemiliki mata yang minus. Tapi biasanya dia hanya membutuhkan kaca mata ketika membaca buku. Tampaknya gangguan mata gadis itu semakin memburuk. Lisa mengerjabkan matanya berkali-kali, membuat Dokter residen yang ada di sampingnya khawatir.

"Dokter, kau tak apa?" lelaki itu menyentuh bahu Lisa pelan, tapi secara spontan Lisa menjauh.

"Aku baik-baik saja. Dan bisakah... Jangan menyentuhku?"

Kim Donghyuk merasa gelagapan. Dia hanya berusaha memastikan Lisa baik-baik saja. Namun ternyata hal itu membuat Lisa tak nyaman.

"Maafkan aku."

Lisa hanya menganggukinya. Dia kembali pada komputer setelah penglihatannya kembali normal. Mengetikkan nama pasien pada kolom pencarian, hingga beberapa hasil pemeriksaan tertera.

..........

Sedari tadi kedua pasang mata itu selalu menatap penuh harap pada pintu ruang rawatnya. Tapi sampai saat ini, tak satu pun dari ketiga saudarinya muncul.

Apakah mereka begitu kecewa pada Rosé? Terlebih untuk Jennie yang biasanya selalu memanjakan Rosé. Kali ini kakaknya itu ikut marah padanya.

Rosé merasa tidak heran sebenarnya. Dia menjadi adik kesayangan Jennie pun setelah Lisa pergi ke Amerika. Ketika adik bungsunya itu ada, Jennie akan kembali lebih menyayangi Lisa dibandingkan dirinya. Jadi mungkin wajar saja jika Jennie marah ketika Rosé memarahi Lisa.

"Eomma, apakah aku pantas cemburu pada Lisa yang merebut Jennie Unnie?" Rosé tahu pikirannya kini begitu kotor. Tapi sungguh dia tak bisa menahan ucapan itu untuk terlontar.

Dia sedang dilanda masalah yang cukup berat hari ini. Ditambah tubuhnya masih terasa sakit. Rosé sulit sekali berpikir jernih. Dia merasa seakan tak ada yang peduli dengannya sekarang.

Lampyridae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang