57. Stay Here

13.7K 1.9K 381
                                    

I need you,

Pada bagian lagu itu, suara Rosé sudah mulai bergetar. Tapi dia sungguh berusaha untuk menyelesaikan lagu yang sudah dia nyanyikan untuk Lisa sekarang.

Nae gyeote isseojweoyo,
Nae yeope issejweoyo,

Air matanya mulai tumpah. Suara Rosé sudah tidak karuan. Tangannya sibuk meremas jemari Lisa yang tak berdaya di genggamannya.

Geureoke isseo jumyeon geureoke,
Nal mitgo iketdadeon ,
Mallo dasi kamssajweoyo,

Nal deo apeuge haedo dwae,
N-nan deo utji anado dwae...

Suara tangisnya pecah dengan kencang, ketika Jennie yang tak tahan mulai mendekati Rosé. Anak kedua Ahn itu membiarkan sang adik mulai memeluk perutnya erat. Menyembunyikan air mata yang sungguh menyesakkan.

Ini sudah hari ke tujuh Lisa dalam keadaan koma. Suzy mulai memindahlannya ke ruang rawat enam hari lalu. Dan sejak itu, setiap malam mereka terus mendengar nyanyian Rosé untuk adiknya.

Lagu yang sama, dan berakhir dengan keadaan yang sama pula. Rosé selalu menangis, dan tak bisa menyelesaikam nyanyiannya.

"Kenapa dia belum juga bangun? Kenapa dia membuatku seperti ini?" di tengah tangisnya yang hebat, Rosé melirih.

Jennie tidak menanggapi. Tapi tangannya sudah sibuk mengusap punggung Rosé, dengan mata memandang sendu pada Lisa yang kini tertidur tenang dengan masker oksigen menutupi sebagian wajahnya.

Apa yang Lisa mimpikan? Itulah pertanyaan yang selalu muncul di kepala Jennie. Lisa tidak tampak kesakitan. Wajahnya sangat damai. Pasti adiknya itu hanya sedang tertidur dan memimpikan sesuatu yang indah.

"Bukankah kau bilang, nyanyianmu membantunya untuk tertidur? Jika kau menyanyikannya terus, dia akan semakin betah untuk tertidur."

Jennie melepaskan dekapan erat sang adik. Mulai menunduk untuk mengusap wajah Rosé yang dipenuhi air mata.

"Jeongmal?" Jennie mengangguk.

Pandangan Rosé kembali teralihkan pada Lisa. Dia mengusap kepala sang adik dengan lembut.
"Kau dengar? Aku tak akan menyanyikanmu lagu lagi. Jadi, bangunlah."

Lama Jennie menahan air matanya agar tidak tumpah, gadis itu mendongak ketika pertahanannya hampir runtuh.

Tanpa pamit, dia melangkah cepat keluar dari ruang rawat inap Lisa. Tubuhnya meluruh ke lantai. Bersandar pada dinding, dan saat itulah dia mulai menangis. Menutup wajahnya dengan kedua tangan.

..........

Tidak seperti Jennie dan Rosé yang hampir setiap waktu berada di rumah sakit untuk menemani Lisa, Jisoo berbeda.

Sulung Ahn itu lebih banyak menetap di rumah. Bukan karena dia tak mau untuk terus menjaga Lisa. Tapi orang tuanya melarang. Mengingat Jisoo baru saja sembuh dari sebuah pengakit ganas. Mereka takut jika Jisoo kembali down. Karena gadis itu masih dalam masa pemulihan.

Malamnya yang sepi, Jisoo menikmati semilir angin menusuk kulitnya di balkon kamar itu. Dengan ditemani ponsel mahalnya yang menampilkan sebuah gambar.

Jisoo masih sangat ingat, jika foto Lisa itu dia ambil diam-diam ketika sang adik belum lama tiba Korea dan masih bekerja di Jeonyeok Hospital. Sampai sekarang pun, Lisa belum tahu bahwa dulu Jisoo begitu menyedihkan hanya untuk mendapatkan foto sang adik bungsu.

"Rasanya lebih baik kau bersikap dingin padaku, dibandingkan dengan kau yang tak kunjung bangun seperti sekarang." Jisoo mengusap foto itu dengan mata memanas.

Lampyridae ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora