2. Back

18.6K 2.4K 730
                                    

Setelah tiga hari berada di Kairo, Mesir. Jennie kembali ke Korea Selatan. Malam ini dia baru saja sampai di mansion orang tuanya. Mereka memang bilang akan makan bersama untuk menyambut kepulangan Jennie. Padahal gadis itu hanya pergi selama beberapa hari.

"Wah, lihatlah designer kita sudah datang."

Jennie menatap tajam pada adiknya yang kini menyengir lebar. Tapi walaupun menyebalkan, Jennie tetap memberikan pelukan pertama untuk Rosé.

"Semuanya berjalan lancar, Jennie-ya?" tanya Hyesun saat sang putri memberikannya kecupan manis.

"Geureomyo," jawab Jennie bangga. Ayolah, semua orang tahu Jennie cukup diperhitungkan dalam dunia fashion.

"Kau tidak membawakanku oleh-oleh, Unnie?"

"Ah, matta!"

Jennie memilih duduk dengan nyaman di kursinya. Memandang Rosé dan Jisoo yang ada di hadapannya. Lalu memandang ibu dan ayahnya yang berada di dua ujung meja makan.

"Aku tidak membawakan kalian hadiah dari Mesir." Setelah mengatakan itu, Jennie ingin sekali tersenyum lebar. Pesan singkat yang dikirimkan Lisa kemarin sungguh membuat Jennie terus merasa bahagia.

"Gwenchana---"

"Tapi aku akan memberikan hadiah kalian yang lain. Hadiah... Dari Libya." Jennie memotong ucapan Jisoo. Melihat betapa bingungnya wajah mereka saat ini karena Jennie menyebut kata Libya.

"Aku berhasil membujuk Lisa untuk pulang ke Korea."

"MWO?"

Rosé sudah tidak peduli lagi dengan sopan santun di meja makan. Dia terlalu terkejut atas ucapan sang kakak. Karena itu adalah hal termustahil di dalam hidup mereka.

"Hei, maldo andwe. Lisa bukan orang yang penurut. Apalagi denganmu," ujar Rosé tak percaya.

Lisa pernah bilang padanya, jika dia benar-benar membenci Jennie. Buka dalam artian berat. Lisa hanya tak suka akan sikap angkuh sang kakak. Selain itu, Jennie adalah orang yang cerewet dan pemaksa. Maka dari itu Lisa dan Jennie seakan tak cocok.

"Lihat saja jika tak percaya." Jennie melempar ponselnya tepat di hadapan Rosé. Membuat adiknya itu segera meraih benda pipih yang harganya cukup mahal.

Setelah melihat isi pesan Lisa kepada Jennie dan memahaminya, Rosé mendesisis. Kembali melempar ponsel itu pada pemiliknya.
"Kau mengancamnya."

"Siapa yang peduli? Aku bahkan tak berbohong saat bilang ingin menyeretnya dari Libya. Anak itu, selama sebelas tahun berlagak seperti anak yatim piatu dan tak punya sanak saudara sedikit pun," Gerutu Jennie sembari kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas.

Ahn Jaehyun yang ada di sudut meja tersenyum tipis. Dia bahkan tak tahu jika Jennie begitu peduli dengan Lisa. Atau lebih tepatnya tak pernah?

"Eomma, kau bahagia?" mendengar suara Jennie, semua menatap Hyesun yang kini tampak sedang menitihkan air matanya. Dia bukan sedih, melainkan terlalu bahagia.

"Tentu. Gomawo, Jennie-ya."

Jennie mengangguk. Kepalanya memilih menunduk untuk menatap makanan yang tersaji di piringnya. Semua orang mungkin beranggapan, Jennie membujuk Lisa pulang untuk mereka. Tapi Jennie sebenarnya, membujuk Lisa pulang untuk dirinya sendiri.

..........

Hamparan danau di malam hari itu menjadi pemandangan terakhir yang akan Lisa nikmati di daratan Libya. Jaraknya cukup jauh dari medan perang, jadi Lisa bisa mendapatkan ketenangan disana.

Lampyridae ✔Where stories live. Discover now