41. Vodka

14.7K 2.1K 707
                                    

Mobil itu sudah berada di garasi mansion. Lisa ingin segera keluar, namun lengannya dicekal oleh Jisoo. Kakaknya itu tampak ingin bicara. Padahal saat di dalam perjalanan tadi, Jisoo memilih diam.

"Jangan beritahu mereka dulu."

Lisa hanya menjawabnya dengan senyuman, lalu benar-benar keluar dari mobil. Jisoo pun memlngikuti adiknya. Mereka mulai masuk ke dalam mansion, dan ternyata orang tua serta dua saudari mereka menunggu di ruang keluarga.

"Kalian dari mana? Kita punya rencana untuk---"

"Aku baru saja memeriksakan kondisi Jisoo Unnie ke rumah sakit." Lisa tiba-tiba memotong ucapan sang ayah dan menyodorkan map berisi hasil pemeriksaan Jisoo tadi.

"Lisa!" Bentak Jisoo yang tak menyangka bahwa Lisa mengabaikan perintahnya tadi.

Dia hendak merebut map itu, namun Lisa dengan cepat menahannya. Gadis itu memang tak berniat menyembunyikan penyakit Jisoo. Dia ingin kakak sulungnya segera menjalani pengobatan sebelum semuanya menjadi rumit.

"Jisoo Unnie menderita kanker pankreas stadium awal." Karena yang membaca map itu hanya Jaehyun, Lisa berinisiatif memberitahukan yang lain.

"M-Mwo? Ya! Lisa! Jangan bercanda!" Jennie berseru dengan mata memerah. Dia sungguh berharap jika adiknya hanya bercanda.

"Aku tidak suka bercanda." Lisa menyahut dengan tajam.

Semuanya tampak terkejut dengan berita yang Lisa bawa. Mereka semua terdiam. Bahkan mulai menangis tanpa suara. Tak menyangka bahwa Jisoo bisa mendapatkan penyakit mematikan itu.

"Aku akan sembuh. Lisa bilang, tidak ada yang perlu di khawatirkan." Jisoo akhirnya angkat bicara. Dia berusaha tersenyum, ditengah rasa takutnya.

Bohong jika dia tak terguncang. Penyakit yang Jisoo derita tidaklah sepele. Di tubuhnya ada kanker yang akan terus berkembang. Nyawanya dalam bahaya, dan dia tentu tak mau mati secepatnya.

"Aku akan merekomendasikan dokter bedah terbaik di rumah sakit kita. Lokasi kanker Jisoo Unnie tidak terlalu sulit untuk di jangkau." Pernyataan Lisa itu membuat Jisoo mengernyit bingung.

"Kenapa harus dokter lain? Bukankah kau adalah dokter bedah? Kau bisa melakukan operasi padaku."

Lisa mengepalkan tangannya mendengar penuturan Jisoo. Di rumah itu, memang tak ada yang tahu jika Lisa sudah berhenti melakukan operasi kecuali Jennie. Kakak ketiganya itu pun tak tahu apa alasan sengguhnya Lisa berhenti memasuki ruang operasi.

"Aku tidak bisa," ucap Lisa dengan berat hati.

"Wae? Kau bisa menyelamatkan orang lain yang sekarat, tapi kau tidak mau menyelamatkam kakakmu sendiri?" Menerima penolakan dari Lisa, hati Jisoo sungguh sakit.

Tanpa dia tahu, kini Lisa dilanda kegundahan hati yang begitu berat. Jika saja kondisinya masih seperti dulu, tanpa pikir panjang Lisa sudah menyeret kakaknya ke ruang operasi. Tapi kini dia sudah berbeda. Lisa tak bisa melakukan operasi dengan kondisinya yang sekarang.

"Unnie, aku tidak bisa melakukan operasi padamu. Aku akan memastikan---"

"Aku tidak mau melakukan operasi jika bukan kau yang melakukannya." Keputusan Jisoo sudah akhir. Dia pergi dari sana dengan amarah yang ada di kedua matanya.

Lisa semakin mengepalkan tangannya erat. Dia terjebak di dalam situasi yang sulit. Mungkin saja, keluarganya akan mengerti jika Lisa memberitahukan yang sebenarnya. Tapi gadis itu masih memilih bungkam.

"Lisa-ya, apa salahnya jika kau menjadi dokter untuk Jisoo? Kau hebat, kau pasti bisa menyelamatkam Jisoo." Hyesun menyentuh lengan anak bungsunya.

Lampyridae ✔Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz