58. Lake

13.3K 1.8K 742
                                    

Satu bulan, dua bulan. Entah sudah berapa bulan Lisa hanya terus berdiam di rumah megah itu tanpa bisa melakukan apa pun. Jujur saja, Lisa tidak merasa sedih sama sekali.

Dia mencoba untuk menerima keadaan. Begitu pun dengan keluarganya. Mereka memperlakukan Lisa seperti biasanya. Bahkan tak jarang Jennie dan Lisa sering berdebat seperti saat dulu.

Bersyukur bukanlah hal buruk untuk dilakukan. Hidup Lisa menjadi lebih baik. Setidaknya dia harus berpikir, bahwa masih ada banyak orang yang memiliki nasib lebih buruk dibandingkan Lisa.

Dia masih memiliki keluarga yang lengkap dan menyayanginya. Dia juga masih dilimpahi oleh harta yang seakan tak ada habisnya. Semua kebutuhannya tercukupi termasuk obat.

Apalagi setiap hari, ketiga kakaknya selalu menghibur Lisa. Tak ada lagi hal yang harus dia pikirkan hingga tertekan. Karena ketiga cahayanya itu selalu menerangi jalannya tanpa henti.

"Ya! Kau benar-benar tak ingin membuang bangkai bunga itu? Setiap memasuki kamarmu, mataku sakit melihatnya."

Padahal Jennie baru saja memasuki kamar Lisa pagi ini, tapi sudah mengomel dengan suara lantang mengenai bunga matahari yang sudah mengering di dekat jendela. Membuat Jisoo yang ada di belakangnya menatap sinis.

"Itu tandanya dia sangat sayang padaku!" Jisoo memekik tepat di telinga Jennie. Membuat gadis berpipi mandu itu berjengit kaget.

Melihat pertengkaran kedua kakaknya, Rosé hanya mencibir dengan pelan. Langkah kakinya membawa gadis itu mendekat pada Lisa. Membantu adiknya untuk duduk.

"Ya! Kau ingin apa? Hari ini bagianku untuk memandikannya." Jennie melotot ke arah Rosé yang kini hendak membuka kancing piyama Lisa.

Setiap hari, ketiga kakak Lisa memang membuat jadwal teratur untuk bergantian memandikan Lisa. Mereka bahkan tak membiarkam Hyesun mengambil alih.

"Aku hanya ingin membuka bajunya! Kau sedang darah tinggi ya?" sungut Rosé sebal.

"Bukankah wajar jika macan begitu?" Lisa ikut menyahut, dan kali ini mampu membuat Jennie melangkah mendekat.

"Tidak bisakah kau simbolkan aku yang lain? Kenapa harus macan?"

Lisa terkekeh melihat wajah cemberut Jennie. Apakah gadis berpipi mandu itu tidak sadar jika sedang marah, dia akan menyerupai macan yang sedang kelaparan?

"Kau mau memandikan Lisa tidak Unnie? Jika---"

"Arra! Arra!" Dengan cepat Jennie memotong ucapan Rosé. Memilih memasuki kamar mandi untuk menyiapkan Lisa air hangat.

Sedangkan Rosé mulai melepaskan pakaian adiknya, juga Jisoo yang menyiapkan handuk dan pakaian ganti.

"Kakimu bengkak. Apakah sakit?" Jisoo bertanya setelah dia membuka selimut Lisa dan menemukan kaki kanan adiknya itu membengkak.

"Sedikit. Tapi tak masalah. Di kompres dengan es pasti akan kembali mengecil." Jawaban Lisa membuat Jisoo mengangguk paham.

Setelah semuanya siap, Rosé dan Jisoo mengangkat tubuh Lisa yang sudah dibalut oleh selembar handuk memasuki kamar mandi. Sebenarnya salah satu dari mereka pun sanggup untuk mengangkat Lisa sendiri. Namun mereka takut jika sesuatu yang buruk terjadi dan justru melukai Lisa. Seperti terpeleset, mungkin.

Tubuh Lisa perlahan di masukkan ke dalam sebuah bathup yang sudah diisi dengan air hangat dan sabun. Jennie pun masih disana.

Jisoo dan Rosé memilih keluar. Membiarkan Jennie mulai membasuh seluruh tubuh Lisa dan mengusapnya dengan sabun beraroma buah yang begitu menenangkan.

Lampyridae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang