52. First

15.2K 2K 829
                                    

Jam enam pagi, Lisa pergi ke kamarnya untuk mandi dan bersiap kembali ke rumah sakit. Malam tadi tidurnya sangat nyenyak. Entah karena dia kelelahan atau karena dekapan Rosé.

Memasuki kamarnya, dahi Lisa mengerut saat mendapati sebuah buket bunga tergeletak di meja nakasnya.

Tidak heran jika bunga itu masih ada walau sudah dalam keadaan kurang layak. Sejak tinggal di mansion, Lisa melarang maid untuk memasuki kamarnya. Alhasil yang selalu membersihkan kamar itu adalah Hyesun. Tapi akhir-akhir ini, ibu empat anak itu tak memiliki waktu karena kedua anaknya sakit.

Lisa berjalan mendekat, dia mengambil bunga matahari yang sudah hampir seluruhnya kering itu.

Melihat ada kartu ucapan yang terselip, Lisa segera meraih dan membacanya. Tulisan yang membuat senyumnya muncul di pagi hari ini.

Kau ingin tahu apa doaku di setiap tahun? Aku ingin selalu ada disisimu. Tahun ini, doaku terkabul! Kau pulang dan aku bisa selalu ada di dekatmu.

Maaf, hari itu aku mengacaukan acara ulang tahunmu. Kau masih menyukai bunga matahari kan, Lisa? Unnie memberikannya sebagai permintaan maaf.

From,
Jisoo Unnie

Lisa beralih memandang bunga matahari itu kembali. Dulu, dia memang sangat menyukai bunga matahari. Tapi setelah pergi dari Korea, Lisa bahkan lupa akan kesukaannya ini. Mungkin sekarang, Lisa akan mulai menyukainya kembali.

Bunga di tangannya itu sudah kering, Lisa hendak membuangnya ke tempat sampah. Tapi jika dipikir lagi, tak ada salahnya Lisa menyimpan bunga kering. Lagi pula itu hadiah dari kakaknya.

Lisa meraih sebuah vas bunga yang dihiasi oleh bunga palsu di atas meja lain. Dia membuang bunga palsu itu dan menggantinya dengan bunga pemberian Jisoo.

Walaupun sudah layu, Lisa akan tetap menyukainya. Walau warna kuning itu sudah berganti menjadi cokelat, Lisa akan tetap menyimpannya. Dia justru lebih senang mendapat hadiah seperti ini dibandingkan barang mahal.

Lisa meletakkan vas itu di atas meja dekat jendela. Senyumnya yang semula lebar, mendadak menghilang ketika penglihatannya tiba-tiba menjadi hitam.

Dia merasa panik. Jantungnya berdetak dua kali lipat. Lisa tak bisa melihat apa pun sekarang. Padahal semula dia baik-baik saja.

Gadis itu ketakutan. Dia memejamkan matanya erat, lalu membukanya kembali. Berharap semua kembali seperti sedia kala. Tapi kenyataannya, penglihatan Lisa masih saja gelap.

"Andwe. Andwe," racau Lisa yang terus mengucek matanya.

Tanpa bisa dicegah, air mata itu menetes tak karuan. Dia sungguh takut menghadapi kegelapan itu.

Mengatur napasnya yang memburu, Lisa kembali memejamkan mata. Kali ini lebih lama, sampai dia membuka mata. Semuanya terlihat jelas. Kegelapan itu hilang darinya.

Tubuh Lisa meluruh ke lantai. Dia sangat lemas karena kejadian barusan. Matanya terus menangis, tapi bibirnya kelu tak bisa mengucapkan apa pun.

............

Hyesun baru saja selesai menyuapi Jisoo sarapan ketika pintu ruang rawat itu terbuka. Menampakkan Rosé dengan wajah riang yang memeluk erat lengan adiknya.

"Lisa-ya, kau tidak merinding? Sepertinya ada makhluk halus yang sedang menggandeng lenganmu." Jennie yang duduk di salah satu sofa berujar dengan sinis menatap wajah sumringah Rosé.

"Lisa-ya, sepertinya ada macan yang baru saja mengaung? Kau mendengarnya kan?" Rosé membalas tatapan sinis kakaknya dengan kalimat penuh kekesalan.

Lampyridae ✔Where stories live. Discover now