24. Talk

15.7K 2.2K 1K
                                    

Pukul dua dini hari dia masih berusaha terjaga. Jennie sebenarnya sudah sangat mengantuk, tapi dia perlu untuk membuktikan sesuatu. Bolehkah gadis itu berharap adiknya mengalami mimpi buruk lagi?

Jennie tidak jahat. Dia hanya ingin meyakinkan dirinya sendiri bahwa yang kini dia lakukan bersama Suzy adalah benar. Tapi jika malam ini dia tak mendapati adiknya kembali mengigau, mungkin Jennie harus mempertimbangkan ide Suzy.

Mata itu terus memandangi wajah Lisa yang lelap, dengan tangan sesekali mengusap pipi sang adik. Dia suka ketika Lisa sedang tertidur. Rautnya amat polos, berbeda jika sedang terjaga.

"Andwe."

Jennie menegang setelah mendengar suara Lisa yang amat lirih. Wajah yang tadinya tampak damai, kini berubah drastis menjadi ketakutan. Dapat Jennie lihat, bahkan keringat mulai bermunculan di dahi sang adik.

"Jangan pukul aku lagi."

Jennie masih terdiam. Dia tak berusaha membangunkan Lisa dari mimpi buruknya. Justru menunggu setiap kata yang Lisa lontarkan di alam bawah sadar itu.

"Imo, kumohon." Mendengar itu, Jennie menggigit bibir bawahnya. Melihat adiknya yang tidak tenang, Jennie merasa tersiksa.

"Sohee Imo, kumohon berhenti. Aku tidak bisa bernapas."

Jennie mengusap kasar air matanya yang menetes tiba-tiba. Kecurigaannya semakin menjadi setelah mendengar Lisa menyebut nama Sohee. Semua kejadian seakan terangkai apik di kepala Jennie.

"Sayang, tenanglah. Unnie disini." Tidak tahan melihat wajah Lisa yang begitu ketakutan, Jennie segera mendekap adiknya itu. Memberikan Lisa ketenangan dengan mengusap punggungnya lembut.

Masih dalam tidurnya, Lisa membenamkan wajahnya di dada atas sang kakak. Bahkan tanpa sadar, dia membalas pelukan Jennie dengan amat erat.

"Unnie, tolong Lisa." Gadis berponi itu kembali merintih, dan hati Jennie semakin sakit dibuatnya.

"Hm. Unnie disini, Sayang. Lisa aman sekarang."

Tidur Lisa kembali tenang. Dia tak lagi melontarkan kalimat-kalimat aneh. Dan itu berkat usapan Jennie yang menenangkan Lisa.

...........

Jisoo menutup pintu ruangan itu dengan tubuh yang melemas. Pendangan matanya kosong, dan seakan dia tak punya tujuan untuk melangkah setelah keluar dari ruang kerja Suzy.

Pada awalnya, Jisoo berniat ingin pergi ke cafeterian untuk membeli kopi sendiri dikarenakan bodyguard yang biasa berjaga di depan pintu ruang rawat inap Rosé sedang melakukan sarapan.

Tapi belum sampai cafeterian, Suzy sudah mengajaknya untuk mengobrol. Tatapan kakak sepupunya yang serius itu membuat Jisoo tak bisa mengabaikannya.

Suzy bercerita mengenai Lisa yang sering mengigau ketakutan. Dia juga menghubungkannya dengan Lisa yang seakan tak mau berdekatan dengan Kijoon dan istrinya.

Pikiran Sulung Ahn itu seakan penuh dengan kemungkinan-kemungkinan buruk. Tapi sampai saat ini, dia masih berusaha untuk berpikir positif. Biar bagaimana pun Sohee adalah adik ibunya. Dia tak mau menduga hal yang belum pasti.

"Jisoo-ya, kenapa kau meninggalkan Chaeyoung sendiri?" nada tinggi itu Jisoo terima ketika dia baru saja kembali ke ruang rawat Rosé. Ibu dan Ayahnya sudah datang dan menatapnya marah.

"Eomma, Unnie hanya pergi untuk membeli kopi." Tak mau Ibunya memarahi sang kakak, Rosé berusaha membela Jisoo di tengah rasa sakit di tubuhnya.

"Membeli kopi kenapa sampai memakan waktu setengah jam? Kau tau, adikmu bisa saja didatangi anti-fans lagi."

Jisoo memejamkan matanya sesaat. Dia mungkin akan menerima kemarahan sang ibu jika tidak sedang memiliki banyak pikiran. Tapi entah kenapa, sekarang dia berkeinginan untuk melawan ibunya sendiri.

Lampyridae ✔Where stories live. Discover now