1. Longing

20.3K 2.6K 649
                                    

Suara-suara tembakan masih terdengar dari tempatnya kini. Tapi Lisa seakan enggan peduli dan terus berjalan dengan satu tangan menutupi bagian kening sebelah kanannya yang mengeluarkan darah.

Tangan kirinya membuka pintu besi yang sudah berkarat di beberapa bagian. Itu adalah toilet gedung yang dia tinggali selama satu tahun ini. Walau jauh dari kata layak, dia dan beberapa relawan lainnya tak masalah.

"Sepertinya membutuhkan beberapa jahitan," gumam Lisa setelah membersihkan lukanya dengan air.

Menurut Lisa, ini adalah luka kecil. Selama satu tahun berada disana, bahkan gadis itu sudah mendapat beberapa kali luka tembak. Untung saja Dokter relawan disana, termasuk dirinya adalah Dokter pilihan. Mereka bisa menyembuhkan satu sama lain tanpa kesulitan.

I, I know where to lay
I know what to say
It's all the same
And I, I know how to play~

Lisa meraih ponsel yang ada di saku jasnya. Padahal ponsel itu baru dia aktifkan beberapa menit lalu, tapi sudah ada saja yang menghubungi.

"Kenapa?" tanya Lisa datar, masih dengan nata menatap pantulan dirinya dari kaca.

"Syukurlah kau masih hidup. Ku dengar hari ini ada pengeboman besar-besaran disana."

Lisa memutar bola matanya jengah. Suara angkuh itu membuat suasana hatinya memburuk. Tapi sedikit mengobati rasa rindunya.

"Matikan. Aku---"

"Pulanglah." Suara seseorang di seberang saja berubah tegas. Lisa tentu mengernyit heran. Ayolah, Jennie adalah satu-satunya kakak Lisa yang tak pernah memaksa gadis itu pulang ke Korea Selatan.

"Kau sudah tau jawabannya." Lisa berlajan keluar dari toilet. Memandang lorong dengan datar. Disana sangat sepi. Mungkin semua orang sudah tertidur karena hari ini begitu melelahkan.

"Sebenarnya apa lagi yang kau cari? Gelar? Kau sudah mendapatkannya. Pengalaman? Bahkan kau sudah berkeliling dunia untuk mendapatkan pengalaman berbeda. Atau kau ingin cari mati?" kakak kedua Lisa mulai mengoceh. Membuat telinga Lisa tiba-tiba terasa panas.

Kaki jenjang itu terus melangkah. Lalu berhenti di balkon yang kini menampakkan beberapa kilat api karena kendaraan terbakar, atau bom yang di lemparkan pada medan perang.

"Aku sedang ada di Mesir," ujar Jennie lagi karena tak mendapatkan jawaban Lisa satu kata pun atas pertanyaannya.

"Lalu?" jawab Lisa acuh.

"Kau tahu jarak Mesir dan Libya cukup dekat. Jika kau tak ingin pulang sendiri, maka aku yang akan menyeretmu dari sana."

"Jangan gila." Nada suara itu memang datar, tapi ketahuilah Lisa cukup marah sekarang.

"Aku tunggu jawabanmu besok. Jika kau tak menjawab, aku akan menyusulmu kesana."

Tut~

Panggilan itu langsung terputus. Lisa hanya bisa menghela napas. Mendongak menatap langit yang sudah lama tak dihiasi oleh bintang.

..........

Lelaki berumur 53 tahun itu menatap istrinya sendu. Di hari tua mereka, tampak sekali jika kesepian selalu memeluk. Mungkin untuk Ahn Jaehyun tak akan terlalu masalah karena dia masih sibuk mengurus perusahaan. Tapi bagi istrinya, itu adalah hal berat.

Lihat saja sekarang. Wanita itu kini sedang menikmati teh hangatnya sendiri di meja makan. Hanya ada beberapa maid yang berlalu lalang. Tanpa ada orang yang bisa dia ajak bicara.

"Kau pasti sangat kesepian." Ahn Jaehyun berujar setelah duduk di samping istrinya. Menatap wajah cantik yang tak pernah luntur walau sudah mencapai umur setengah abad.

Lampyridae ✔Where stories live. Discover now