47. Surgery

14.7K 2.2K 1K
                                    

Tangannya memang tak mengalami tremor, tapi Lisa bisa merasakan bahwa kini tubuhnya sedang tak baik-baik saja. Kepalanya semakin berdenyut, rasa mual mulai mengganggunya, dan detakan jantung itu terlalu cepat menurut Lisa.

Sepertinya gejala itu adalah efek samping obat yang dia konsumsi berlebihan tadi. Tapi menurut Lisa tidak masalah karena dia masih bisa menahannya. Berbeda jika tremor itu datang, Lisa bahkan tak bisa berbuat apa pun.

Dia melakukan operasi whipple terbuka pada Jisoo. Setelah membuka bagian perut kakaknya, Lisa sudah siap untuk mengangkat kepala pankreas yang tampak diselimuti oleh sel kanker.

"Tumornya tidak sampai menyerang pembuluh darah, tapi kita harus berhati-hati karena letaknya sangat dekat." Inilah yang ditakutkan oleh para dokter bedah. Letak tumor milik Jisoo sangat sulit hingga kemungkinan besar gadis itu akan mengalami pendarahan hebat nantinya.

"Aku akan mengangkat kepala pankreasnya. metzenbaum." Tangan Lisa menengadah meminta sebuah gunting yang berguna untuk memotong jaringan.

Saat gunting tajam itu sudah ada di tangannya, Lisa bersiap mengangkat bagian kepala pankreas milik Jisoo. Tapi pandangan buram itu menghentikannya.

Lisa mengerjabkan mata berkali-kali, tapi penglihatannya justru semakin buruk. Semua yang ada disana tentu merasa panik. Selain karena khawatir dengan kondisi Lisa, mereka juga harus mengejar waktu sebelum bius pada tubuh Jisoo habis.

"Dokter Ahn?" Dokter Oh bertanya dengan khawatir.

Lisa menggelengkan kepalanya pelan. Suara Dokter Oh bahkan terdengar begitu samar. Lisa sulit mengendalikan dirinya sendiri.

Keringat mulai membahasi tubuhnya. Mata hazel itu memilih tertutup sejenak, lalu tak lama terbuka kembali. Dia mendapatkan penglihatannya, tapi tak bisa dibilang baik.

Lisa mendongak. Di atas sana, ayahnya melihat secara langsung melalui pembatas kaca bagaimana proses operasi berjalan. Jika Lisa gagal, apa ayahnya akan marah?

Lisa dilanda ketakutan yang amat besar sekarang. Dia tak mau kakaknya mati. Tapi saat ini, kondisinya sungguh tak memungkinkan.

"Dokter Oh, bisakah... Kau menggantikan posisiku sekarang?" Lisa beralih menatap lelaki yang berdiri di hadapannya. Tampak sekali jika Dokter Oh sedang terkejut.

"T-Tapi... Aku tak bisa melakukannya. I-Ini sangat sulit, Dokter Ahn."

Lisa kembali memejamkan mata setelah mendengar jawaban Dokter Oh. Dirinya memang salah karena sedari awal Dokter Oh tak pernah menyanggupi operasi itu. Dia ingin berada di sana hanya karena Lisa memintanya menjadi asisten.

Menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, Lisa mulai memberanikan diri untuk mulai menggunakan metzenbaum di tangannya. Katakan saja jika Lisa nekat. Pandangannya padahal belum kembali membaik.

Dia merasa gila sekarang. Tak lagi menggunakan penglihatannya, Lisa hanya menggunakan instingnya. Dia berusaha mengingat posisi yang seharusnya dia angkat dengan gambaran sebelum penglihatannya memburuk.

Tangannya mulai mengangkat tumor dan kepala pankreas itu. Namun sesuatu yang buruk terjadi. Sepertinya Lisa tak sengaja merobek salah satu pembuluh darah kakaknya. Membuat percikan darah tiba-tiba mengenai wajahnya.

"Suction!" Semuanya panik. Lisa pun demikian.

Penghisap itu mulai menghisap darah yang keluar. Namun karena arterinya robek, darah tentu tak bisa berhenti dengan sendirinya.

"Dokter, tekanan darah pasien menurun!"

Tubuh Lisa bergetar hebat. Dia menyipitkan matanya, berusaha menemukan pembuluh darah yang harus dia perbaiki.

Lampyridae ✔Where stories live. Discover now