32. Slap

17.7K 2.4K 1.8K
                                    

Sohee baru saja keluar dari area rumah sakit beberapa jam lalu, tapi tiba-tiba ponselnya berdering dan seseorang memberitahunya bahwa sang putri bungsu mengelami kecelakaan.

Wanita dua anak itu kalang-kabut. Dia kembali ke rumah sakit dengan wajah penuh rasa panik. Padahal ketika pergi tadi, raut wajahnya begitu angkuh.

Ketika sampai di UGD, Sohee telah disambut oleh Dokter yang menangani Yeji. Raut wajahnya seakan menggambarkan bahwa kondisi sang putri dalam bahaya.

"Maaf, Nyonya. Kondisi putrimu sedang kritis. Terjadi pendarahan internal di sekitar perut dan dadanya." Dokter lelaki itu menjelaskannya pada Sohee.

"Bukankah itu bisa ditangani dengan operasi? Kenapa kau tak melakukannya pada putriku?" Sohee bertanya dengan tajam. Di hadapannya, Joo Yeji sedang terbaring tak berdaya. Tapi seakan tak ada yang bisa dilakukan oleh Dokter disana.

"Keadaannya sungguh rumit. Jika dilakukan operasi, kemungkinan besar akan gagal. Tak ada yang berani melakukannya, kecuali..." Dokter itu tampak menggigit bibir bawahnya gusar. Dia sedikit ragu ingin mengungkapkan pemikirannya.

"Aku mendengar Dokter Ahn Lisa pernah melakukan operasi yang lebih rumit dari ini. Bukanlah dia keponakanmu? Kau bisa meminta tolong padanya---"

"Tidak. Suruh Dokter bedah yang lain."

Meminta tolong pada Lisa? Tentu Sohee tak akan melakukan hal itu. Jika dia melakukannya, Lisa pasti akan merasa menang. Padahal belum genap satu jam Sohee mencaci Lisa di tangga darurat.

"Nyonya, aku bersungguh-sungguh. Semua Dokter bedah angkat tangan dengan kondisi putrimu. Aku juga belum--- Ah, itu Dokter Ahn. Kau bisa bicara padanya. Ingat Nyonya, anakmu tidak bisa menunggu lebih lama."

Di pintu UGD, terlihat Lisa baru saja masuk dengan pakaian seragam biru khas Dokter bedah dan dibalut jubah putihnya. Tampaknya gadis berambut hitam itu baru saja menyelesaikan sebuah operasi.

Sohee mengepalkan tangannya erat. Dengan memerangi batinnya sendiri, wanita itu mulai berjalan mendekati Lisa yang sedang memeriksa komputer di meja perawat.

"Lisa."

Lisa hanya melirik pada Bibinya tanpa minat. Lalu kembali sibuk memeriksa data pasiennya di komputer itu.

"Lakukan operasi pada Yeji. Dia baru saja kecelakaan." Suara itu bak perintah. Rasanya Lisa ingin tertawa sekarang. Tidak ingatkah jika Bibinya itu tadi sempat memaki-makinya dengan kata bodoh? Kenapa sekarang dia justru membutuhkan Lisa?

"Tidak mau," jawab Lisa acuh, yang kini menyulut amarah Sohee.

"Kau berani membantahku?"

Bungsu Ahn itu tertawa hambar. Jika dia masihlah anak dungu seperti sebelas tahun lalu, mungkin dia akan takut dengan geraman Sohee tadi. Tapi sekarang, dia bahkan manusia yang dianggap tak punya perasaan oleh banyak orang.

"Memangnya kau siapa?" Lisa merubah posisinya hingga kini sudah berhadapan dengan Sohee.

"Aku bukan anak yang bodoh seperti dulu, Imo." Gadis itu melanjutkan kalimatnya.

Jujur saja, dia memang sama sekali tidak peduli dengan keselamatan adik sepupunya itu. Hubungan mereka sungguh buruk. Terlebih Yeji sering sekali menyakitinya dulu, walau umur Lisa ada di atas gadis itu.

"Anakku sekarat, Lisa! Apa kau gila? Dia adik sepupumu!" Sohee memekik penuh emosi, sehingga beberapa pasang mata menatap ke arah mereka.

Lisa terkekeh. Mulai memasukkan kedua tangannya ke dalam saku dengan angkuh.
"Kalau begitu, bertulutlah di kakiku."

Lampyridae ✔Where stories live. Discover now