xxii. his sickness

25.1K 1.3K 250
                                    

Zhe is back

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Zhe is back. Jangan lupa untuk meninggalkan vote dan komentar kalian mengenai chapter ini. Target maunya 400 votes & 100 comment. Terima kasih juga yang sudah spam komentar dan mengingatkan bahwa sudah sampai target vote di chapter sebelumnya.

Jangan lupa follow akun Instagram Zhe untuk tau further update on my works ya:

Jangan lupa follow akun Instagram Zhe untuk tau further update on my works ya:

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌟💭🌟💭🌟💭🌟💭

Elias bersandar di kepala kasur sembari mengotak-ngatik ponselnya. Sedari tadi ia mencoba mengalihkan rasa sakit di kepala dengan menghabiskan waktu di sosial media sembari menunggu Susan datang untuk mengunjunginya. Semalaman Elias tersiksa karena dia tidak berhenti keringat dingin, belum lagi kepalanya pusing luar biasa sampai ia sulit untuk bangun dan berdenyut, lalu lehernya kaku saat digerakkan. Gejala ini sudah ia rasakan beberapa hari sebelumnya tapi puncaknya adalah tadi malam.

Elias memang sudah mengonsumsi obat pereda demam dan penghilang rasa sakit, tapi entah kenapa dua obat itu hanya meredakan rasa sakitnya dalam waktu singkat karena satu jam setelahnya sakit itu datang lagi. Setelah tidak tahan empat hari merasakan sakit ekstrem, Elias memutuskan untuk menghubungi ibunya dan menjelaskan gejala-gejala di badannya. Mendengarkan penjelasan Elias memicu Susan untuk terbang ke Chicago pagi ini dan akan sampai sekitar jam dua belas, sebentar lagi.

Elias kembali mengeluh dan memukul
kepalanya merasakan denyutan panas dan tidak nyaman itu. Bosan dan kesakitan, Elias menyingkirkan selimut yang menutupi bagian bawah badannya sebelum melihat jam. Pria itu berdiri dan mendekat ke kabinet untuk mencari jaket karena ibunya akan datang sebentar lagi. Elias tidak mau membuat Susan menunggu lama dan berakhir mengomelinya karena keteledoran atau nasihat bagaimana ia tidak menjaga kesehatan selama jauh dari New York. Jangan sampai beban di pundaknya menjadi tiga, pertama perihal sakit, kedua perihal Gianna, dan ketiga karena Susan.

Bertepatan saat Elias menyampirkan dompet dan ponsel di saku jaketnya, bunyi bel apartemen pria itu berbunyi. Tidak mau membuatnya menunggu, Elias keluar dari kamar dan turun dari lantai dua—karena apartemennya bertingkat—sebelum membukakan pintu ibunya.

Whore-ComplexWhere stories live. Discover now