xliv. christmas in chicago

11.4K 1K 302
                                    

Jack mau say hi. Kata dia jangan lupa vote & komentar pendapat kalian sebanyak-banyaknya throughout the chapter karena si penulis senang bacainnya dan dia udah nulis sampai 5000 words. Terus jangan minta double update karena ini udah banyak hehe.

 Terus jangan minta double update karena ini udah banyak hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jack bilang, happy reading!

20 Desember

Gianna tengah bersandar di patio rumah Velicia sembari membuka aplikasi pesan dan disana terpampang satu pesan baru dari Jack.

Ibuku memanggang pie apel, mau?

Belum sempat ia mengetik balasan ketika sahabatnya itu membuka pintu dan langsung berhamburan untuk memeluknya. Tangannya melingkari pundak Gianna sebelum mengedarkan pandangan ke badan Gianna—terlukis raut khawatir dari gadis itu melihat Gianna ketika ia tiga puluh menit lalu berniat hadir ke rumah Velicia setelah berkunjung ke rumah lama dan melepas rindu bersama Sally dan anaknya, Felix.

"What happened?" Tanyanya dengan tangan mengelus lengan Gianna.

Gianna menelan salivanya, "apa bisa masuk dulu? Disini dingin." Lirihnya menunjuk salju tipis turun dari langit gelap. Kakinya semakin dingin dan membeku berdiri tanpa ada pelindung tebal.

Velicia mengangguk sebelum meletakkan telapak tangannya di punggung Gianna dan mempersilahkan gadis itu masuk, kemudian menuntunnya untuk duduk di sofa.

Velicia menunjuk dapur. "Aku buat coklat panas, tunggu sebentar."

Gianna mengirimkan sinyal 'ok' sebelum melepaskan mantelnya yang lembab terkena salju dan melepaskan sepatunya, menyisakan kaus kaki hangat nan tebal miliknya. Ia mengedarkan ke seluruh sisi ruangan rumah Velicia, terdapat dekorasi bernuansa putih, merah, dan hijau di seluruh ruang tamu dan begitu juga dinding yang dipenuhi lampu orange temaram. Rumah gadis itu sangat cozy, nyaman, dan hangat.

Atensi Gianna beralih ketika Velicia meletakkan mug putih dengan coklat panas serta marshmallow mini menghiasi atasnya. Ia juga mendorong gelas tersebut sebagai ancang-ancang agar Gianna minum.

"Terima kasih." Balas Gianna kemudian menyesap pelan minum sehingga bibirnya sedikit tersengat dan bagian bibirnya dipenuhi busa putih.

"Kenapa? Ada sesuatu yang mau dikatakan?" Tanya Velicia menatap Gianna dalam. Ia tentu panik setelah mendapati panggilan Gianna dengan suara serak seolah-olah ia tengah menahan tangis. Gadis itu tidak banyak berbicara dan hanya meminta dirinya berkunjung ke rumah jika ia tidak sibuk. Velicia bahkan berniat menjemput Gianna namun gadis itu bersikeras untuk datang sendiri ke tempatnya. Melihat tidak ada tanda-tanda kendaraan terparkir di depan rumahnya, Velicia berasumsi Gianna naik taksi.

Whore-ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang