xli. farewell

12K 1.1K 433
                                    

Jujurly chapter ini jelek menurutku dan aku belum sempat edit tapi happy reading.

Jangan lupa vote dan spam komentar juga ya biar aku semangat weekly update & jangan minta double update please karena ini udah hampir 4000 words and it's a lot buat ditulis disela-sela kesibukan kuliahku.

14 Desember.

Kenapa ada manusia setampan Elias namun hatinya bahkan lebih jahat dari iblis neraka? Satu dari berbagai pertanyaan yang tidak bisa Gianna jawab sejak dulu.

Mematai Elias tidur bukan kegiatan yang biasa Gianna senangi, apalagi merelakan waktu tidurnya untuk menontoni wajah tenang Elias setelah ia dihabisi secara psikis dan mental, tapi ia punya keinginan dan alasan besar kenapa melakukannya. Lima menit yang lalu, tepat sekali pukul enam pagi, Gianna bangun terlebih dahulu dan mengeksplor kamar Elias dengan niat licik mencari borgol yang biasanya pria itu gunakan di tangannya saat mereka tidur bersama atau ketika pria itu menghukumnya kemudian mengunci Gianna di kamar.

Tidak butuh waktu lama bagi Gianna untuk menemukannya dan menyangkutkan satu sisi borgol ke tangan kiri Elias dan satunya di sela-sela kepala ranjang Elias—ia melakukannya sediam mungkin mengingat Elias cukup sensitif dengan keadaan sekitaran apalagi adanya sentuhan fisik. Gianna harap borgol tersebut cukup kuat untuk menahannya Elias tidak lepas dan melawan, tapi melihat testimoni dari Gianna sendiri, ia yakin borgolnya kuat.

Latar belakang kejadian ini adalah malam kemarin ketika Gianna menyinggung soal bahwa keinginan untuk bicara baik-baik, tapi sebelum berubah menjadi bencana, Gianna mengambil ancang-ancang untuk melindungi diri dengan memborgol Elias agar pria itu tidak bisa menjangkau atau menghentikan perbincangan mereka. Sudah waktunya Elias mendengarkan Gianna.

Gianna yang tengah duduk di sofa mematai nafas stabil dan kerutan di dahi Elias lebih memilih mendekat dan menepuk pipi pria itu pelan ketika tidak juga melihat respons Elias, ia beberapa kalo mengencangkan tamparannya yang terlalu sopan jika dibandingkan tamparan Elias agar pria itu sadar dari tidur atau mimpi indahnya. Gianna harus cepat sebelum menyaksikan Elias yang bisa mengikis nyali yang ia bangun dari tadi malam.

"Bangun, Elias."

"El..."

"Elias..."

Elias yang merasa gerakannya tertahan terpaksa membuka mata lebar sebelum kesadarannya kembali sempurna. Ia menarik-narik tangan kirinya namun malah mengencangkan kaitan di antara lengannya sampai pergelangan tangannya memerah, suara deritan besi terdengar begitu jelas di kelelangan pagi. Raut pria itu berubah meringis sebelum menatap tajam Gianna, menatapnya pahit.

"Tenang—hei, tenang." Gianna meraih pundak Elias dan menuntun pria itu untuk bersandar dan berhenti melawan kaitan borgol. Ia memberi aba-aba bahwa Elias hanya akan melukai pergelangan tangan jika terus-terusan menarik borgol.

"Apa yang kau lakukan?! Lepas!" Geram Elias menarik-narik borgol dengan tangan kanannya yang bebas. Ia mencoba menarik lengan Gianna namun gadis itu lebih dahulu menghindar. Walaupun Gianna memiliki kuasa karena ketidakberdayaan Elias, tetap saua tarikan menggertak pria itu sudah lebih dahulu menggerus keberanian yang Gianna kumpulkan dari tadi malam jadi ini sedikit menyenggol hatinya.

Gianna menatap nyalang Elias sebelum menggeleng menolak kentara, pria itu mendengus dan masih menarik-narik borgol di pergelangan tanpa niat menyerah.

Whore-ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang